Home » » Interpretasi AlFiyyah dalam perspektif kehidupan

Interpretasi AlFiyyah dalam perspektif kehidupan


بسم الله الرحمن الرحيم



INTERPRETASI ALFIYYAH DALAM PERSPEKTIF KEHIDUPAN
Oleh M.Asyrofi Fadlly S.Pd.I


بِالْجَرِّ وَالْتَّنْوِيْنِ وَالنِّدَا وَأَلْ   10   وَمُسْنَدٍ لِلاِسْمِ تَمْيِيزٌ حَصَلْ

1.        Kalimah isim dapat diketahui dengan adanya i’rob jer,tanwin,huruf nida’,musnad ilaih dan al

UNTUK MENCAPAI KEBERHASILAN DENGAN 5 HAL YAITU TAWADLU’, NIAT, DO’A, TAHU DIRI ( BERFIKIR ),TAWAKAL

فَارْفَعْ بِضَمٍّ وَانْصِبَنْ فَتْحاً وَجُرّْ    25   كَسْراً كَذِكْرُ اللهِ عَبْدَهُ يَسُرّْ

2.        Tanda  i’rob   yang   asal   itu  ada  4   (  empat  )   yaitu   i’rob  rofa’  yang  asal  di  alamati (tandai) dengan dlomah,i’rob nashob yang asal di alamati  dengan  fathah , i’rob  jer  yang  asal di alamati dengan kasroh seperti ذِكْرُ اللهِ عَبْدَهُ يَسُرَّ
JUNJUNG TINGGI-TINGGI PERSATUAN TEGAKKAN KETERBUKAAN DAN HINDARI PERPECAHAN

 لِلرَّفْعِ وَالنَّصْبِ وَجَرِّ نَا صَلَحْ   *   كَاعْرِفْ بِنَا فَإنَّنَا نِلْنَا الْمِنَحْ

3.        Dlomir   نَا   itu  patut  berada  pada  mahal rofa’ , nashob dan jer seperti اِعْرِفْ بِنَافَاِنَّنَا نِلْناَ اْلمِنَحَ
ING NGARSO SUNGTULODO ING MADYO MANGUN KARSO TUTWURI HANDAYANI

وَفِي اخْتِيَارٍ لاَ يَجِيْءُ اْلمُنْفَصِلْ  *  إِذَا تَأَتَّى أَنْ يَجِيْءَ اْلمُتَّصِلْ

4.        Dalam susunan kalam arab apabila bisa mendatangkan dlomir muttasil maka tidak boleh
       mendatangkan dlomir munfashil

JIKA ADA KESEMPATAN UNTUK BERBUAT BAIK MAKA JANGAN TUNGGU WAKTU DALAM  KESEMPITAN

وَقَدِّمِ الْأَخَصَّ فِي اتِّصَالِ   *   وَقَدِّمَنْ مَا شِئْتَ في انْفِصَالِ

5.        Jika ada dua dlomir muttashil berkumpul maka harus mendahulukan yang lebih ma’rifat   ( akhos )   dan   bila ada     dua    dlomir     yang    salah   satunya   munfashil ( muttashil dan munfashil ),maka boleh mendahulukan yang  akhos ( khusus) atau ghoiru akhos (tidak khusus )

DAHULUKAN PEKERJAAN YANG MUDAH DAN AKHIRKAN PEKERJAN YANG SULIT





Langitan,16 Dzul Qo’dah 1436 H.
31   Agustus   2015 M


وَمُعْرَبُ الْأَسْمَاءِ مَا قَدْ سَلِمَا   *   مِنْ شَبَهِ الْحَرْفِ كأَرْضٍ وَسُمَا
18. Keluhuran seseorang dapat diraih jika mau menjauhi sifat-sifat yang merendahkan
6.        Isim mu’rob ialah isim yang tidak serupa dengan kalimah huruf adapun i’robannya itu ada 2 macam yaitu :  1- Dhohir seperti اَرْضٌ  2- Muqoddar seperti سُمَى
وَفِي أَبٍ وَتَالِيَيْهِ يَنْدُرُ    30    وَقَصْرُهَا مِنْ نَقْصِهِنَّ أَشْهَرُ
30.Orang membanggakan dengan menyebut siapa ayahnya maka akan tampak hanyalah kekurangan dan kehinaan 
7.        Lafadh اَبٌ , اَخٌ  dan  حَمٌ apabila di i’robi qoshor itu hukumnya masyhur dan bila dii’robi naqsh hukumnya nadir ( langka )

وَاجْرُرْ بِسَابِقَيْ يَكُوْنُ إِنْ تُرِدْ   *   وَبَعْدَ مَا انْصِبْ وَانْجِرَارٌ قَدْ يَرِدْ
329.Cita-citayang dipendam akan musnah namun bila diusahakan dengan bersungguh-sungguh dan bekerja keras akan tercapai 
8.             Mustasna dengan adat خَلاَ dan عَدَا itu boleh dibaca jer dan bila berada setelah مَا masdariyah,maka wajib dibaca nashob dan jika dibaca jer maka hukumnya qolil ( sedikit )

وَعَامِلُ الْحالِ بِهَا قَدْ أُكَّدَا   *   فِي نَحْوِ لاَ تَعْثَ فِي الأرضِ مُفْسِدَا
349.Hendaknya setiap orang itu bersungguh-sungguh dalam menjalani bidang yang ditekuninya dan jangan sampai menjadikan bumi ini rusak
9.             Amilnya حَالٌ itu boleh ditaukidi dengan حَالٌ,ketika حَالٌ sama dengan amilnya dalam lafadh atau makna atau hanya segi maknanya saja dan ini yang terbanyak seperti لاَتَعْثَ فِي اْلاَرْضِ مُفْسِدًا

وَتَمَّمُوا مَا كَانَ كَالطَوِيلَةْ      *      وَهَكَذَا مَا كَانَ كَالْجَلِيْلَةْ
868.Ilmu itu dapat menyempurnakan seseorang hingga ia memiliki derajat yang tinggi dan mulia
10.         Isim-isim yang ikut wazan فَعِيْلَةٌ yang mu’tal a’in seperti طَوِيْلَةٌ menjadi طَوِيْلِىٌّ atau mudlo’af seperti جَلِيْلَةٌ menjadi جَلِيْلِىٌّ,maka ketika dinisbatkan harus disempurnakan
وَمَا يَكُونُ مِنْهُ مَنْقُوصاً فَفِى      *     إِعْرَابِهِ نَهْجَ جَوَارٍ يَقْتَفِى
674. Orang selalu mengikuti temannya ( tidak memiliki keyakinan ) maka ia termasuk orang yang kurang ( tidak memiliki kepercayaan diri )
11.         Isim ghoiru munshorif yang manqus itu dii’robi seperti lafadh جَوَارٍ yakni ketika rofa’ dan jer dikira-kirakan
التَّابِعُ الْمَقْصُودُ بِالْحُكْمِ بِلاَ     565     وَاسِطَةٍ هُوَ الْمُسَمَّى بَدَلاَ
565. Yang mengikuti generasi sebelumnya dalam hokum yang diharapkan oleh agama tanpa mengharapkan imbalan itulah yang dinamakan generasi muda sesungguhnya
12.         Badal adalah lafadh yang ikut pada lafadh sebelumnya,tanpa dengan lantaran huruf athof yang sengaja diberi hukum
وَزَائِدَا فَعْلاَنَ فِى وَصْفٍ سَلِمْ       *     مِنْ اَنْ يُرَى بِتاَءِ تَأْنِيْثٍ خُتِمْ
651.Dan pada akhirnya seorang wanita yang dilihat hanyalah akhlaq yang bertambah serta sifat yang terpuji
13.         Isim sifat yang mengikuti wazan فَعْلاَنَ yang mu’anatsnya tidak diakhiri ta’ ta’nits itu berlaku
          ghoiru  munshorif


0 komentar :

Posting Komentar

Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS