1 Kalimah yang dii’robi itu ada 2
Sebagaimana syahidnya :
اَ لْمُعْرَبَاتُ كُـلُّهَا قَدْ تُعْرَبُ 65 بِاْلحَرَكَاتِ اَوْحُرُوْفٍ تَقْرُبُ
Kalimah yang dii’robi itu ada 2 yaitu : 1 ) dii’robi dengan harokat 2 ) dii’robi dengan huruf
2. Isim yang dii’robi dengan harokat itu ada 4
Sebagaimana syahidnya :
فَأَوَّلُ اْلقِسْمَيْنِ مِنهَا اَرْبـَعُ $ وَهيَ الَّتِى مَرَّتْ بِضَمٍّ تُرْفَعُ
وَكُلُّ مَا بِضَمَّةٍ قَــدِ ارْتَفَـعْ $ فَنَصْـبُهُ بِالْفَتْحِ مُطْلَقًا يَقَعْ
Kalimah yang dii’robi dengan harokat itu ada 4 yaitu : setiap kalimah yang ketika tingkah rofa’ dialamati dengan dlomah ( 1. Isim mufrod 2. Jamak taksir 3. Jamak mua’anats salim 4. Fi’il mudlori’ yang akhirnya tidak bertemu dengan sesuatu )
Semua kalimah yang ketika tingkah rofa’nya dialamati dengan dlomah itu ketika tingkah nashob dialamati dengan fathah secara mutlak baik kalimah isim atau fi’il kecuali jamak mua’anats salim dengan kasroh
3. Isim yang rofa’nya dengan dlomah itu nashobnya dengan fathah kecuali jamak mu’anats salim
Sebagaimana syahidnya :
وَخَفْضُ الْاِسْمِ مِنْهُ بِالْكَسْرِ اْلتُزِمْ $ وَاْلفِعْلُ مِنْهُ بِالسُّكُوْنِ مُنْـجَزِمْ
لَكِنْ كَهِنْدَاتِ لِنَصْبِهِ انْكَسَرْ $ وَغَيْرُ مَصْرُوْفٍ بِفَتْحَةٍ يُجَرّْ
وَكُلُّ فِعْلٍ كَانَ مُعْتَــلاًّجُـزِمْ 70 بِحَدْفِ حَرْفِ عِلَّةٍ كَمَا عُلِمْ
Adapun kalimah isim yang ketika tingkah rofa’nya dengan dlomah itu ketika tingkah jernya dialamati dengan kasroh dan kalimah fi’il ketika tingkah rofa’ dialamati dengan dlomah ketika tingkah jazm dialamati dengan sukun.
Kalimah yang dii’robi dengan harokat ada yang dikecualikan dari ketentuan diatas yaitu :
1. ) Jamak mua’anats salim itu ketika nashob dialamati dengan kasroh
2. ) Isim ghoiru munshorif itu ketika tingkah jer dialamati dengan fathah
3. ) Fi’il mudlori’ mu’tal akhir itu ketika tingkah jazm dialamati dengan membuang huruf ilat
4. Isim yang rofa’nya dengan dlomah dan jernya dengan kasroh kecuali kecuali jika berupa isim ghoiru munshorif
Sebagaimana syahidnya :
وَخَفْضُ الْاِسْمِ مِنْهُ بِالْكَسْرِ اْلتُزِمْ $ وَاْلفِعْلُ مِنْهُ بِالسُّكُوْنِ مُنْـجَزِمْ
لَكِنْ كَهِنْدَاتِ لِنَصْبِهِ انْكَسَرْ $ وَغَيْرُ مَصْرُوْفٍ بِفَتْحَةٍ يُجَرّْ
وَكُلُّ فِعْلٍ كَانَ مُعْتَــلاًّجُـزِمْ 70 بِحَدْفِ حَرْفِ عِلَّةٍ كَمَا عُلِمْ
Adapun kalimah isim yang ketika tingkah rofa’nya dengan dlomah itu ketika tingkah jernya dialamati dengan kasroh dan kalimah fi’il ketika tingkah rofa’ dialamati dengan dlomah ketika tingkah jazm dialamati dengan sukun.
Kalimah yang dii’robi dengan harokat ada yang dikecualikan dari ketentuan diatas yaitu :
1. ) Jamak mua’anats salim itu ketika nashob dialamati dengan kasroh 2. ) Isim ghoiru munshorif itu ketika tingkah jer dialamati dengan fathah
3. ) Fi’il mudlori’ mu’tal akhir itu ketika tingkah jazm dialamati dengan membuang huruf ilat
5. Yang dii’robi dengan huruf adalah isim tasniyah,jamak mudzakar salim,asma’ul khomsah dan af’alul khomsah
Sebagaimana syahidnya :
وَاْلُمعْرَباَتُ بِالْــحُــرُوُفِ اَرْبـَعُ $ وَهِىَ اْلمُثَنَّى وَذُكُوْرٌ تُجْـمَعُ
جَمْعًا صَحِيْحًا كَالْمِـثَالِ اْلخَا ِلى $ وَخَمْسَةُ اْلاَسْـمَاءِوَاْلاَفْعَالِ
Kalimah yang dii’robi dengan huruf itu ada 4 yaitu :
1) Isim tasniyah 3) Asma’ul Khomsah
2) Jamak mudzakar salim 4) Af’alul Khomsah
6. Rofa’ dengan alif,nashob dan jer dengan ya’ adalah i’robnya isim tasniyah
Sebagaimana syahidnya :
اَمَّااْلمُثَنَّى فَلِرَ فْعِــهِ اْلاَلـِفْ $ وَنْصبُهُ وَجَرُّهُ بِاْليَا عُـرِفْ
Adapun isim tasniyah ketika rofa’ dialamati dengan alif ,sedangkan ketika tingkah nashob dan jernya dialamati dengan ya’
7. Rofa’ dengan wawu,nashob dan jer dengan ya’ adalah i’robnya jamak mudzakar salim
Sebagaimana syahidnya :
وَكَاْلمُثَنَّى اْلجَمْعُ فِى نَصْبٍ وَجَرْ $ وَرَفْعُهُ بِاْلوَاوِ مَرَّ وَاسْتَــقَرْ
Jamak mudzakar salim itu ketika nashob dan jernya itu seperti isim tasniyah yaitu dialamati dengan ya’,sedangkan ketika rofa’nya dengan wawu
8. Rofa’ dengan wawu,nashob dengan alif dan jer dengan ya’ adalah i’robnya asma’ul khomsah
Sebagaimana syahidnya :
وَاْلخَمْسَةُ اْلاَسْمَاكَهَذَاالْجَمْعِ فِى 75 رَفْعٍ وَخَفْضٍ وَانْصِبَنْ بِاْلاَلِفِ
Asma’ul Khomsah itu seperti Jamak mudzakar salim ketika tingkah rofa’ dan jernya (rofa’ dengan wawu dan jernya dengan ya‘ ) , sedangkan ketika tingkah nashob dialamati dengan alif
9. Rofa’ dengan tetapnya nun,nashob dan jazmnya dengan membuang nun adalah i’robnya afa’ul khomsah
Sebagaimana syahidnya :
وَاْلخَمْسَةُ اْلاَفْعَالِ رَفْعُهَا عُـرِفْ $ بِنُوْنِهَا وَفِى سِوَاهُ تَنْحَـذِفْ
Af’alul Khomsah itu ketika tingkah rofa’ dialamati dengan tetapnya nun,sedangkan ketika tingkah nashob dan jazmnya dialamati dengan membuang nun
10. Isim yang bisa menerima al yang berfaidah ma’rifat disebut isim nakiroh
Sebagaimana syahidnya :
وَاِنْ تُرِدْتَعْرِيْفَ اْلاِسْمِ النَّكِرَةْ $ فَهُـوَ الَّذِى يـَقـْبَلُ أَلْ مُــئَثِّرَةْ
Isim nakiroh adalah isim yang menerima al serta memberi faidah ta’rif ( menjadi ma’rifat )
11. Isim ma’rifat yang pertama adalah isim dlomir
Sebagaimana syahidnya :
وَغَيْرُهُ مَعَارِفٌ وَتُحْــصَرُ $ فِى سِتَّةٍ فَاْلاَوَّلُ اسْمٌ مُــضْمَرُ
Selain isim nakiroh adalah isim ma’rifat yang ada 6 macam ,adapun yang pertama adalah isim dlomir
12. Isim yang dibuat ganti mengucapkan isim dhohir disebut isim dlomir
Sebagaimana syahidnya :
يُكْنَى بِهِ عَنْ ظَاهِرٍ فَيَنْتَــمِى $ لِلْغَيْبِ وَالْحُضُوْرِ وَالتَّــكَلُّمِ
Sedangkan isim dlomir itu sebagai kinayah ( ganti ) isim dhohir,kemudian isim isim dlomir itu ada yang menunjukkan arti ghoib,mukhotob dan mutakalim
13. Isim dlomir itu menunjukkan arti ghoib,mukhothob dan muttakalim
Sebagaimana syahidnya :
يُكْنَى بِهِ عَنْ ظَاهِرٍ فَيَنْتَــمِى $ لِلْغَيْبِ وَالْحُضُوْرِ وَالتَّــكَلُّمِ
Sedangkan isim dlomir itu sebagai kinayah ( ganti ) isim dhohir,kemudian isim isim dlomir itu ada yang menunjukkan arti ghoib,mukhotob dan mutakalim
14. Isim dlomir itu terbagi menjadi 2 yaitu muttasil dan munfasil
Sebagaimana syahidnya :
وَقَسَّمُوْهُ ثَانِيًا لِمُتَّـصِلْ 80 مُسْتَتِرٍ اَوْبَارِزٍ أَوْ مُنْـفَصِلْ
Isim dlomir itu dibagi menjadi 2 yaitu : 1 ) dlomir muttasil 2 ) dlomir munfashil , dan dlomir muttasil itu dibagi menjadi 2 yaitu : 1 ) mustatir 2 ) barij
15. Dlomir muttasil itu adakalanya mustatir dan bariz
Sebagaimana syahidnya :
وَقَسَّمُوْهُ ثَانِيًا لِمُتَّـصِلْ 80 مُسْتَتِرٍ اَوْبَارِزٍ أَوْ مُنْـفَصِلْ
Isim dlomir itu dibagi menjadi 2 yaitu : 1 ) dlomir muttasil 2 ) dlomir munfashil , dan dlomir muttasil itu dibagi menjadi 2 yaitu : 1 ) mustatir 2 ) barij
16. Dlomir yang tidak bisa bertempat dipermulaan kalam dan tidak bisa berada setelah illa adalah dlomir muttasil
17. Dlomir yang bisa bertempat dipermulaan kalam dan bisa berada setelah illa adalah dlomir munfasil
18. Dlomir yang tidak kelihatan bentuknya disebut dlomir mustatir
19. Dlomir yang kelihatan bentuknya disebut dlomir bariz
20. Alam itu ada 3 yaitu asma,kunyah dan laqob
Sebagaimana syahidnya :
ثَانِى اْلمَعَارِفِ الشَّهِيْرُ بِاْلعَلَــمْ $ كَجَعْفَرٍ وِمَــكَّةٍ وَكَالْـــحَرَمْ
وَاُمِّ عَــمْرٍ وَاَبِى سَــعِـيْدِ $ وَنَحْـوِ كَهْفِ الظُّلْمِ وَالرَّشِيْدِ
Isim ma’rifat yang kedua adalah isim alam ,sedangkan alam itu dibagi menjadi 3 ( dilihat dari segi peletakannya )
yaitu : 1 ) alam asma seperti جَعْفَرٌ مَـكَّةَ , dan حَرَمٌ 2 ) alam kunyah seperti اُمِّ عَـــمْرٍ dan اَبِى سَــعِــيْدِ 3 ) alam laqob seperti كَهْفِ الظُّلْمَِ dan الرَّشِيْدُ
21. Tiap-tiap alam yang dimulai lafadh أُمٌّ dan أَبٌ disebut alam kunyah
Sebagaimana syahidnya :
فَـمَا اَتَى مِــنْهُ بِأُمٍّ اَوْبِـأَبْ $ فَكُنْيَةٌ وَغَيْــرُهُ اسْمٌ اَوْ لَـقَبْ
فَــمَا بِمَـدْحٍ اَوْ بِـذَمٍّ مُشْعِرُ $ فَــلَـقَبٌ وَاْلاِسْـمُ مَالاَ يُشْعِرُ
Adapun yang dinamakan alam kunyah adalah tiap-tiap alam yang dimulai lafadh أُمٌّ dan أَبٌ ,selain itu dinamakan alam asma dan alam laqob
Sedangkan yang dinamakan alam laqob ialah tiap-tiap alam yang mengandung arti memuja atau mencela dan alam asma adalah tiap-tiap alam yang tidak menunjukkan arti memuja atau mencela dan tidak didahului oleh lafadh أُمٌّ dan أَبٌ
22. Tiap-tiap alam yang mengandung arti memuja atau mencela disebut alam laqob
Sebagaimana syahidnya :
فَـمَا اَتَى مِــنْهُ بِأُمٍّ اَوْبِـأَبْ $ فَكُنْيَةٌ وَغَيْــرُهُ اسْمٌ اَوْ لَـقَبْ
فَــمَا بِمَـدْحٍ اَوْ بِـذَمٍّ مُشْعِرُ $ فَــلَـقَبٌ وَاْلاِسْـمُ مَالاَ يُشْعِرُ
Adapun yang dinamakan alam kunyah adalah tiap-tiap alam yang dimulai lafadh أُمٌّ dan أَبٌ ,selain itu dinamakan alam asma dan alam laqob
Sedangkan yang dinamakan alam laqob ialah tiap-tiap alam yang mengandung arti memuja atau mencela dan alam asma adalah tiap-tiap alam yang tidak menunjukkan arti memuja atau mencela dan tidak didahului oleh lafadh أُمٌّ dan أَبٌ
23. Alam yang tidak didahului oleh lafadh أُمٌّ dan أَبٌ dan tidak menunjukkan arti memuja atau mencela disebut alam asma
Sebagaimana syahidnya :
فَـمَا اَتَى مِــنْهُ بِأُمٍّ اَوْبِـأَبْ $ فَكُنْيَةٌ وَغَيْــرُهُ اسْمٌ اَوْ لَـقَبْ
فَــمَا بِمَـدْحٍ اَوْ بِـذَمٍّ مُشْعِرُ $ فَــلَـقَبٌ وَاْلاِسْـمُ مَالاَ يُشْعِرُ
Adapun yang dinamakan alam kunyah adalah tiap-tiap alam yang dimulai lafadh أُمٌّ dan أَبٌ ,selain itu dinamakan alam asma dan alam laqob
Sedangkan yang dinamakan alam laqob ialah tiap-tiap alam yang mengandung arti memuja atau mencela dan alam asma adalah tiap-tiap alam yang tidak menunjukkan arti memuja atau mencela dan tidak didahului oleh lafadh أُمٌّ dan أَبٌ
24. Isim yang menunjukkan ( menyatakan ) sesuatu yang disertai ( musamma ) dengan isyaroh panca indra disebut Isim isyaroh
Sebagaimana syahidnya :
ثَالِـثُـهَا اِشـَارَةٌ كَـذَا وَذِى 85 رَاِبِعُهَا مَوْصُوْلُ اْلاِسْمِ كَالَّذِى
Adapun isim ma’rifat yang ketiga adalah isim isyaroh yaitu isim yang menunjukkan ( menyatakan ) sesuatu yang disertai dengan isyaroh panca indra sepertiذَا dan ذِى ,sedangkan isim ma’rifat yang keempat adalah isim maushul yaitu isim yang yang membutuhkan shilah dan ‘aid seperti الّذِى
25. Isim yang membutuhkan shilah dan aid disebut isim maushul
Sebagaimana syahidnya :
ثَالِـثُـهَا اِشـَارَةٌ كَـذَا وَذِى 85 رَاِبِعُهَا مَوْصُوْلُ اْلاِسْمِ كَالَّذِى
Adapun isim ma’rifat yang ketiga adalah isim isyaroh yaitu isim yang menunjukkan ( menyatakan ) sesuatu yang disertai dengan isyaroh panca indra sepertiذَا dan ذِى ,sedangkan isim ma’rifat yang keempat adalah isim maushul yaitu isim yang yang membutuhkan shilah dan ‘aid seperti الّذِى
26. Jumlah atau syibih jumlah yang berada setelah isim maushul disebut shilah
27. Dlomir yang berada setelah isim maushul disebut aid
28. Isim maushul yang kelima adalah mu’arof bi al
Sebagaimana syahidnya :
خَامِسُهَا مُعَرَّفٌ بِحَـرْفِ أَلْ $ كَمَا تَـــقُوْلُ فِى مَحَلٍّنِالْمَحَلْ
Isim ma’rifat yang kelima adalah isim yang kemasukan al seperti مَحَلٌّ menjadi الْمَحَلُّ
29. Isim maushul yang keenam adalah isim yang dimudlofkan pada salah satu isim ma’rifat lima diatas
Sebagaimana syahidnya :
سَادِسُهَا مَا كَانَ مِنْ مُضَافِ $ لِـوَاحِـدٍ مِنْ هَذِهِ اْلاَصْنَافِ
كَقَوْلِكَ ابْنِى وَابْنُ زَيْدٍ وَابْنُ ذِى $ وَابْنُ الَّذِى ضَرَبْتُهُ وَابْنُ اْلبَذِى
Isim ma’rifat yang keenam adalah isim yang dimudlofkan pada salah
satu isim ma’rifat lima diatas
seperti اِبْنُ زَيْدٍ , اِبْنِىْ , اِبْنُ ذِىْ اِبْنُ الَّذِى ضَرَبْتُهُ, dan اِبْنُ اْلبَذِىْ
30. Kalimah fi’il itu ada 3 yaitu fi’il madli,fi’il mudlori’ dan fi’il amar Sebagaimana syahidnya :
اَفْعَـالُهُمْ ثَـلاَثَةٌ فِى اْلوَاقِــعِ $ مَاضٍى وَفِعْلُ اْلاَمْرِ وَالْمُضِارِعِ
Kalimah fi’il itu ada 3 yaitu : 1 ) fi’il madli 2 ) fi’il amar 3 ) fi’il mudlori’
31. Fi’il madli jika tidak bertemu dlomir rofa’ muttaharrik dan wawu jamak maka mabni fath
Sebagaimana syahidnya :
فَاْلمَاضِى مَفْتُوْحُ اْلاَخِيْرِ اِنْ قُطِعْ 90 عَنْ مُضْمَرٍ مُحَرَّكٍ بِـــهِ رُفِعْ
Adapun fi’il madli itu mabni fath ,jika tidak bertemu dengan dlomir rofa’ mutakarrik atau wawu jama’
32. Fi’il madli dimabnikan sukun jika bertemu dengan dlomir rofa’ muttaharrik
Sebagaimana syahidnya :
فَاْلمَاضِى مَفْتُوْحُ اْلاَخِيْرِ اِنْ قُطِعْ 90 عَنْ مُضْمَرٍ مُحَرَّكٍ بِـــهِ رُفِعْ
فَاِنْ اَتَى مَعْ ذَا الضَّــمِيْرِ سُكِّنَا $ وَضَمُّـهُ مَعْ وَاوِ جَمْعٍ عُيِّنَا
Adapun fi’il madli itu mabni fath ,jika tidak bertemu dengan dlomir rofa’ mutakarrik atau wawu jama’
Jika bertemu dengan dlomir rofa’ mutakarrik maka mabni sukun dan jika bertemu dengan wawu jama’ maka mabni dlom
33. Fi’il madli dimabnikan dlom jika bertemu dengan wawu jamak
Sebagaimana syahidnya :
فَاْلمَاضِى مَفْتُوْحُ اْلاَخِيْرِ اِنْ قُطِعْ 90 عَنْ مُضْمَرٍ مُحَرَّكٍ بِـــهِ رُفِعْ
فَاِنْ اَتَى مَعْ ذَا الضَّــمِيْرِ سُكِّنَا $ وَضَمُّـهُ مَعْ وَاوِ جَمْعٍ عُيِّنَا
Adapun fi’il madli itu mabni fath ,jika tidak bertemu dengan dlomir rofa’ mutakarrik atau wawu jama’
Jika bertemu dengan dlomir rofa’ mutakarrik maka mabni sukun dan jika bertemu dengan wawu jama’ maka mabni dlom
34. Mabninya fi’il amar itu ada 3 yaitu mabni sukun , membuang huruf ilat dan membuang nun
Sebagaimana syahidnya :
وَاْلاَمــْرُ مَــبْنِيٌّ عَلَى السُّــكُوْنِ $ أَوْ حَذْفِ حَرْفِ عِلَّةٍ اَوْنُوْنِ
Mabninya fi’il amar itu ada 3 yaitu : 1 ) mabni sukun 2 ) membuang huruf ilat 3 ) membuang nun
35. Fi’il amar itu mabni sukun jika shohihul akhir
36. Fi’il amar itu mabni membuang huruf ilat jika mu’tal akhir
37. Fi’il amar itu mabni membuang nun jika bertemu dengan alif tasniyah,wawu jamak dan ya’ mu’anats mukhothobah
38. Fi’il yang dimulai dengan huruf mudloro’ah disebut fi’il mudlori’
Sebagaimana syahidnya :
وَافْتَتَحُوْا مُضَـارِعًا بِــوَاحِدِ $ مِنَ اْلحـُرُوْفِ اْلاَرْبَعِ الزَّوَائِدِ
هَمْزٌ وَنُـوْنٌ وَكَـذَا يَاءٌ وَتَا $ يَجْمَعُهَا قَوْلِى أَ نـَيْـتُ يَا فَتَى
Fi’il mudlori’ itu selalu dimulai dengan salah satu huruf mudloro’ah
Yang dikumpulkan dalam lafadh اَنَيْتُ yaitu huruf hamzah,nun ,ta’ dan ya’ ) ت,ن, ءdan ( ي
39. Huruf mudloro’ah itu ada 4 yaitu hamzah,nun ,ta’ dan ya’
Sebagaimana syahidnya :
وَافْتَتَحُوْا مُضَـارِعًا بِــوَاحِدِ $ مِنَ اْلحـُرُوْفِ اْلاَرْبَعِ الزَّوَائِدِ
هَمْزٌ وَنُـوْنٌ وَكَـذَا يَاءٌ وَتَا $ يَجْمَعُهَا قَوْلِى أَ نـَيْـتُ يَا فَتَى
Fi’il mudlori’ itu selalu dimulai dengan salah satu huruf mudloro’ah
Yang dikumpulkan dalam lafadh اَنَيْتُ yaitu huruf hamzah,nun ,ta’ dan ya’ ) ت,ن, ءdan ( ي
40. Huruf mudloro’ah itu dibaca dlomah jika berada pada fi’il ruba’i
Sebagaimana syahidnya :
وَحَيْثُ كَانَتْ فِى رُبَاعِيٍّ تُضَمْ 95 وَفَتْحُهَا فِيْمَا سِوَاهُ مُلْتَزَمْ
Huruf mudloro’ah jika pada fi’il ruba’i maka dibaca dlomah dan jika berada pada selain ruba’i ( tsulasi,khumasi dan sudasi ) maka dibaca fathah
41. Huruf mudloro’ah itu dibaca fathah jika berada pada selain fi’il ruba’i
Sebagaimana syahidnya :
وَحَيْثُ كَانَتْ فِى رُبَاعِيٍّ تُضَمْ 95 وَفَتْحُهَا فِيْمَا سِوَاهُ مُلْتَزَمْ
Huruf mudloro’ah jika pada fi’il ruba’i maka dibaca dlomah dan jika berada pada selain ruba’i ( tsulasi,khumasi dan sudasi ) maka dibaca fathah
42. Fi’il mudlori’ itu dibaca rofa’ ketika sunyi dari amil nawashib dan amil jawazim
Sebagaimana syahidnya :
رَفْعُ اْلمُضَارِعِ الَّذِى تَـجَرَّدَا $ عَنْ نَاصبٍ وَجَـازِمٍ تَأَبَّدَا
Fi’il mudlori’ itu dibaca rofa’ apabila sunyi dari amil nawahib dan amil jawazim
43. Fi’il mudlori’ dibaca nashob jika kemasukan amil nawashib
Sebagaimana syahidnya :
فَانْصِبْ بِعَشْرٍ وَهِىَ اَنْ وَلَنْ وَكَىْ $ كَذَا اِذَنْ اِنْ صُدِّرَتْ وَلاَمُ كَىْ
وَلاَمُ جُحْدٍ وَكَـذَا حَتَّى وَأَوْ $ وَاْلوَاوُ وَاْلفَا فِى جَوَابٍ قَدْ عَنَوْا
بِهِ جَوَابًا بَعْدَ نَــفْيٍ اَوْ طَلَبْ $ كَلاَتَرُمْ عِلْمًا وَتَــتْرُكَ الــتَّعَبْ
Fi’il mudlori’ itu dibaca nashob apabila kemasukan amil nawashib
yang ada 10 yaitu : كَىْ , لَنْ , اَنْ ,اذَنْ , ,لاَمُ كَىْ ,وَاوٌ , أَوْ , حَتَّى , لاَمٌ جُحْدٍ dan فَاءٌ yang menjadi jawabnya nafi atau tolab seperti
لاَتَرُمْ عِلْمًا وَتَـتْرُكَ الـتَّعَبِ
44. Amil nawashib itu ada 10
Sebagaimana syahidnya :
فَانْصِبْ بِعَشْرٍ وَهِىَ اَنْ وَلَنْ وَكَىْ $ كَذَا اِذَنْ اِنْ صُدِّرَتْ وَلاَمُ كَىْ
وَلاَمُ جُحْدٍ وَكَـذَا حَتَّى وَأَوْ $ وَاْلوَاوُ وَاْلفَا فِى جَوَابٍ قَدْ عَنَوْا
بِهِ جَوَابًا بَعْدَ نَــفْيٍ اَوْ طَلَبْ $ كَلاَتَرُمْ عِلْمًا وَتَــتْرُكَ الــتَّعَبْ
Fi’il mudlori’ itu dibaca nashob apabila kemasukan amil nawashib
yang ada 10 yaitu : كَىْ , لَنْ , اَنْ ,اذَنْ , ,لاَمُ كَىْ ,وَاوٌ , أَوْ , حَتَّى , لاَمٌ جُحْدٍ dan فَاءٌ yang menjadi jawabnya nafi atau tolab seperti
لاَتَرُمْ عِلْمًا وَتَـتْرُكَ الـتَّعَبِ
45. Amil nawashib yang bisa menashobkan dengan sendirinya itu ada 4
46. Amil nawashib yang menashobkan dengan an yang tersimpan itu ada 6
47. Amil nawashib yang bisa menashobkan dengan sendirinya adalah كَىْ, اِذَنْ , لَنْ , اَنْ
48. Fi’il mudlori’ itu dibaca jazm apabila kemasukan amil jawazim
Sebagaimana syahidnya :
وَجَزْمُهُ بِلَمْ وَلَمَّا قَدْ وَجَبْ 100 وَلاَ وَلاَمٍ دَلَّــتَا عَـــلَى الــطَّـلَبْ
كَـذَاكَ اِنْ وَمَا وَمَنْ وَإِذْمَا $ أَيٌّ مَـتَى أَيَّانَ اَيْنَ مَـهْـمَا
وَحَيْثُمَا وَكَـيْفَمَا وَأَنـَّى $ كَإِنْ يَقُمْ زَيْدٌ وَعَمْــرٌ قُــمْنَا
Fi’il mudlori’ bila kemasukan amil jawazim maka harus dibaca jazm, adapun amil jawazim itu ada 16 yaitu : لَمْ , لَماَّ, لَامْ أَمَرْ , لَا نَهِى , اِنْ
,مَنْ , مَا , اِذْمَا , اَيْنَ , اَيَّانَ , مَتَى , اَيٌّ,مَهْمَا , كَيْفَمَا , حَيْثُمَا dan اَنَّى seperti
ِاِنْ يقُمْ زَيْدٌوَعَمْرٌ قُمْنَا
49. Amil jawazim ada 16
Sebagaimana syahidnya :
وَجَزْمُهُ بِلَمْ وَلَمَّا قَدْ وَجَبْ 100 وَلاَ وَلاَمٍ دَلَّــتَا عَـــلَى الــطَّـلَبْ
كَـذَاكَ اِنْ وَمَا وَمَنْ وَإِذْمَا $ أَيٌّ مَـتَى أَيَّانَ اَيْنَ مَـهْـمَا
وَحَيْثُمَا وَكَـيْفَمَا وَأَنـَّى $ كَإِنْ يَقُمْ زَيْدٌ وَعَمْــرٌ قُــمْنَا
Fi’il mudlori’ bila kemasukan amil jawazim maka harus dibaca jazm, adapun amil jawazim itu ada 16 yaitu : لَمْ , لَماَّ, لَامْ أَمَرْ , لَا نَهِى , اِنْ
,مَنْ , مَا , اِذْمَا , اَيْنَ , اَيَّانَ , مَتَى , اَيٌّ,مَهْمَا , كَيْفَمَا , حَيْثُمَا dan اَنَّى seperti
ِاِنْ يقُمْ زَيْدٌوَعَمْرٌ قُمْنَا
50. Amil jawazim yang menjazmkan fi’il satu ada 4
51. Amil jawazim yang menjazmkan fi’il dua ada 12
52. Amil jawazim yang menjazmkan satu fi’il adalah لَمْ , لَماَّ, لَامْ أَمَرْ , لَا نَهِى
53. Fi’il yang pertama dari dua fi’il yang dijazmkan amil jawazim dua fi’il adalah fi’il syarat
54. Fi’il yang kedua dari dua fi’il yang dijazmkan amil jawazim dua fi’il adalah fi’il jawab/jaza’
Sebagaimana syahidnya :
وَاجْزِمْ بِاِنْ وَمَا بِهَا قَدْ اُلْحِقَا $ فِعْلَيْنِ لَفْــظًا أَوْ مَحَـلاًّ مُطْلَقَا
وَلْيَقْتَرِنْ بِالْفَا جَوَابٌ لَوْ وَقَعْ $ بَعْدَ اْلاَدَاةِ مَوْضِعَ الشَّرْطِ اْمَتنَعْ
Amil jawazim اِنْ dan setelahnya itu bisa menjazmkan fi’il dua ,fi’il yang pertama dinamakan fi’il syarat dan fi’il yang kedua dinamakan fi’il jawab baik menjazmkan dalam lafadh atau mahalnya secara mutlak
Fi’il jawab yang tidak patut dijadikan syarat maka harus disertai fa’
55. Jika ada jawab yang tidak patut dijadikan syarat maka harus disertai fa’
Sebagaimana syahidnya :
وَاجْزِمْ بِاِنْ وَمَا بِهَا قَدْ اُلْحِقَا $ فِعْلَيْنِ لَفْــظًا أَوْ مَحَـلاًّ مُطْلَقَا
وَلْيَقْتَرِنْ بِالْفَا جَوَابٌ لَوْ وَقَعْ $ بَعْدَ اْلاَدَاةِ مَوْضِعَ الشَّرْطِ اْمَتنَعْ
Amil jawazim اِنْ dan setelahnya itu bisa menjazmkan fi’il dua ,fi’il yang pertama dinamakan fi’il syarat dan fi’il yang kedua dinamakan fi’il jawab baik menjazmkan dalam lafadh atau mahalnya secara mutlak
Fi’il jawab yang tidak patut dijadikan syarat maka harus disertai fa’
56. Isim yang dibaca rofa’ itu ada 7
Sebagaimana syahidnya :
مَرْفُوْعُ اْلاَسْمَا سَبْعَةٌ نَأْتِى بِهَا 105 مَعْلُوْمَةَ اْلاَسْمَاءِ مِنْ تَبْوِيْبِهَا
فَاْلفَاعِلُ اْسمٌ مُطْلَقًا قَدِ اْرتَفَعْ $ بِفِعْلِهِ وَاْلـفِعْلُ قَبـْلَـهُ وَقَـــعْ
Isim-isim yang dibaca rofa’ itu ada 7 macam yang akan diterangkan pada babnya masing-masing
Adapun yang pertama isim fa’il yaitu isim yang dibaca rofa’ yang berada setelah fi’il mabni ma’lum
57. Isim yang dibaca rofa’ berada setelah fi’il mabni ma’lum disebut fa’il
Sebagaimana syahidnya :
مَرْفُوْعُ اْلاَسْمَا سَبْعَةٌ نَأْتِى بِهَا 105 مَعْلُوْمَةَ اْلاَسْمَاءِ مِنْ تَبْوِيْبِهَا
فَاْلفَاعِلُ اْسمٌ مُطْلَقًا قَدِ اْرتَفَعْ $ بِفِعْلِهِ وَاْلـفِعْلُ قَبـْلَـهُ وَقَـــعْ
Isim-isim yang dibaca rofa’ itu ada 7 macam yang akan diterangkan pada babnya masing-masing
Adapun yang pertama isim fa’il yaitu isim yang dibaca rofa’ yang berada setelah fi’il mabni ma’lum
58. Yang merofa’kan fa’il adalah fi’ilnya
59. Fi’il yang disandarkan pada fa’il tasniyah atau jama’ itu harus disunyikan dari alamat tasniyah atau jama’
Sebagaimana syahidnya :
وَوَاجِبٌ فِى اْلـفِعْلِ اَنْ يُجَرَّدَا $ اِذَالِــجَمْــعٍ اَوْ مُثَنىًّ أُسْنِدَا
فَــقُلْ أَ تَـى الزَّيْدَانِ وَالزَّيْدُوْنَ $ كَجَاءَ زَيْدٌ وَ يَـجـِى أَخُوْناَ
Fi’il yang disandarkan pada fa’il tasniyah atau jama’ itu harus disunyikan dari alamat ( tanda ) tasniyah atau jama’
seperti اَتَى الزَّيْدَانِ وَالزَّيْدُوْنَ, جَاءَ زَيْدٌ, يَجِىْءُ اَخُوْنَا
60. Fa’il itu dibagi menjadi 2 bagian yaitu 1 ) Fa’il isim dhohir 2 ) Fa’il isim dlomir
Sebagaimana syahidnya :
وَقَسَّمُوْهُ ظَاهِرًا وَمُضْــمَرًا $ فَالظَّاهِرُ اللَّفْظُ الَّذِى قَدْ ذُكِرَا
وَاْلمُضْمَرُ اثْنَا عَشْرَ نَوْعًا قِسْمًا 10 1 كَقُمْتُ قُمْنَا قُمْتَ قُمْتِ قُمْتُمَا
قُمْتُنَّ قُمْتُمْ قَامَ قَامَتْ قَــامَا $ قَامُوا وَقُمْنَ نَحْوُ صُمْتُمْ عَامًا
Fa’il itu dibagi menjadi 2 bagian yaitu : 1 ) Fa’il isim dhohir 2 ) Fa’il isim dlomir ,adapun fa’il isim dhohir sudah dijelaskan
Fa’il isim dlomir itu ada 12 yaitu , قُمْتِ , قُمْتَ , قُمْنَا , قُمْتُ قُمْتُمَا,
قَامَتْ , قَامَ , قُمْتُمْ , قُمْتُنَّ, قَامَا, قُمْنَ , قَامُوْا seperti صُمْتُمْ عَامًا
61. Fa’il itu macamnya ada 2 yaitu dhohir dan dlomir
62. Fa’il dlomir itu macamnya ada 2 yaitu munfashil dan muttashil
63. Fa’il dlomir munfashil itu itu seperti fa’il dlomir muttashil
yaitu ada 12 macam
Sebagaimana syahidnya :
وَهَذِهِ ضَـمَائرٌ مُـتَّصِلَةْ $ وَمِثْلُهَا الضَّـمَائِرُ اْلمُنْفَصِلَةْ
كَـلَمْ يـَقُمْ اِلاَّ أَنـَا وَاَنْتُمُ $ وَغَيْرُ ذَيْنِ بِاْلقِـيَاسِ يُعْــلَمُ
Sedangkan fa’il dlomir munfashil itu seperti fa’il dlomir muttashil yaitu ada 12 macam
seperti لَمْ يَقُمْ اِلاَّ اَنَا ,لَمْ يَقُمْ اِلاَّ اَنْتُمْ ,adapun lainnya bisa diqiyas sendiri
64. Isim yang menempati tempatnya fa’il ketika dibuang disebut naibul fa’il
Sebagaimana syahidnya :
أَقِمْ مَقَامَ اْلفَاعِلِ الَّذِى حُذِفْ $ مَفْعُوْلَهُ فِى كُلِّ مَا لَهُ عُرِفْ
Na’ibul fa’il adalah isim yang dibaca rofa’ yang menempati fa’il ketika fa’il dibuang,adapun hukumnya na’ibul fa’il itu sebagaimana hukum yang diberikan pada fa’il
65. Na’ibul fa’il itu hukumnya sebagaimana yang diberikan pada fa’il
Sebagaimana syahidnya :
أَقِمْ مَقَامَ اْلفَاعِلِ الَّذِى حُذِفْ $ مَفْعُوْلَهُ فِى كُلِّ مَا لَهُ عُرِفْ
Na’ibul fa’il adalah isim yang dibaca rofa’ yang menempati fa’il ketika fa’il dibuang,adapun hukumnya na’ibul fa’il itu sebagaimana hukum yang diberikan pada fa’il
66. Yang bisa menggantikan na’ibul fa’il adalah maf’ul bih,masdar,dhorof
dan jer majrur
Sebagaimana syahidnya :
اَوْ مَصْدَرًا اَوْظَرْفًا اَوْ مَـجْرُوْرَا 115 ِانْ لـَمْ تَجِدْمَفْـعُوْلَهُ اْلمَذْكُوْرَا
Masdar,dhorof dan jer majrur itu bisa dijadikan na’ibul fa’il jika maf’ul bih tidak ada
67. Selama ada maf’ul bih maka yang mengganti na’ibul fa’il adalah maf’ul bih
68. Fi’il yang disandarkan pada na’ibul fa’il itu harus mabni majhul
69. Didlomah huruf awal dan dikasroh huruf sebelum akhir adalah bentuk mabni majhul dari fi’il madli
Sebagaimana syahidnya :
وَاَوَّلُ اْلفِعْلِ الَّذِى هُنَا يُــــضَمْ $ وَكَـسْرُ مَا قَبْلَ اْلاَخِيْرِ مُلْتَزَم
فِى كُلِّ مَاضٍ وَهْوَ فِى اْلمُضَارِعِ $ مُنْفَتِحٌ كَـيُدَّعَى وَكَادُّعِى
Fi’il madli yang disandarkan pada na’ibul fa’il itu huruf awalnya ( yang pertama ) harus dibaca dlomah dan huruf sebelum akhir dibaca kasroh
Sedangkan fi’il mudlori’ itu huruf yang pertama harus dibaca dlomah dan huruf sebelum akhir dibaca fathah seperti يُدَّعَى dan اُدُّعِى
70. Didlomah huruf awal dan difathah huruf sebelum akhir adalah bentuk mabni majhul dari fi’il mudlori’
Sebagaimana syahidnya :
وَاَوَّلُ اْلفِعْلِ الَّذِى هُنَا يُــــضَمْ $ وَكَـسْرُ مَا قَبْلَ اْلاَخِيْرِ مُلْتَزَم
فِى كُلِّ مَاضٍ وَهْوَ فِى اْلمُضَارِعِ $ مُنْفَتِحٌ كَـيُدَّعَى وَكَادُّعِى
Fi’il madli yang disandarkan pada na’ibul fa’il itu huruf awalnya ( yang pertama ) harus dibaca dlomah dan huruf sebelum akhir dibaca kasroh
Sedangkan fi’il mudlori’ itu huruf yang pertama harus dibaca dlomah dan huruf sebelum akhir dibaca fathah seperti يُدَّعَى dan اُدُّعِى
71. Fi’il madli bina’ ajwaf ketika mabni majhul itu kebanyakan huruf pertamanya di harokati kasroh
Sebagaimana syahidnya :
وَاَوَّلُ الْفِعْــلِ الَّذِى كَبَاعَ $ مُنْكَسِرٌ وَهُوَ اَّلذِى قَدْ شَاعَا
Fi’il madli mu’tal a’in ( bina’ ajwaf ) itu jika dimabnikan majhul maka huruf yang pertama yang masyhur itu dibaca kasroh seperti بَاعَ mabni majhulnya yang masyhur adalah بِيْعَ
72. Na’ibul fa’il itu ada 2 yaitu nai’bul fa’il isim dlomir dan na’ibul fa’il isim dhohir
Sebagaimana syahidnya :
وَذَاكَ إِمَّا مُضْمَرٌ اَوْ مُظْهَرُ $ ثَانِيْهِمَا كَــيُكْرَمُ اْلــمُبَشِّرُ
اَمَّا الضَّمِيْرُ فَهُوَ نَحْوُ قَوْلـِنَا 120 دُعِيْتُ اُدْعَى مَا دُعِى اِلاَّ اَناَ
Na’ibul fa’il itu ada 2 yaitu nai’bul fa’il isim dlomir dan na’ibul fa’il isim dhohir seperti يُكْرَمُ اْلمُبَشِّرُ
Adapun na’ibul fa’il isim dlomir seperti دُعِيْتُ اُدْعَى مَا دُعِى اِلاَّ اَناَ
73. Isim yang dibaca rofa’ serta sunyi dari amil lafdhi disebut mubtada’
Sebagaimana syahidnya :
اَلـْمُبْتَـدَا اسْــمٌ رَفْــعُهُ مُــؤَبَّدُ $ عَنْ كُـلِّ لَفْظٍ عَامِلٍ مُجَرَّدُ
Mubtada’ adalah isim yang dibaca rofa’ serta sunyi dari amil lafdhi
74. Isim yang dibaca rofa’ yang disandarkan pada mubtada’ disebut khobar
Sebagaimana syahidnya :
وَاْلخَبَرُ اسمٌ ذُوْاارْتِفَاعٍ أُسْنِدَا $ مُطَابِقًا فِى لَــــفْظِهِ لِلْمُبْتَدَا
كَقَوْلِنَا زَيْدٌ عَـظِيْمُ الشَّــانِ $ وَقَـوْ لِنَــا الزَّيْدَانِ قَائِمَانِ
وَمِــثْلُهُ الـزَّيْدُوْنَ قَــائِمُوْنَ $ وَمـِنْــهُ اَيــْضًا قَـائِمٌ اَخُوْنَا
Khobar adalah Isim yang dibaca rofa’ yang disandarkan pada mubtada’ dan harus cocok pada mubtada’ dalam mufrod ,tasniyah,jama’,mudzakar dan mu’anatsnya
seperti , زَيْدٌ عَظِيْمُ الشَّانِ زَيْدَانِ قَائِمَانِ , زَيْدُوْنَ قَائِمُوْنَ dan قَائِمٌ اَخُوْنَا
75. Lafadhnya khobar itu harus mencocoki dengan mubtada’
Sebagaimana syahidnya :
وَاْلخَبَرُ اسمٌ ذُوْاارْتِفَاعٍ أُسْنِدَا $ مُطَابِقًا فِى لَــــفْظِهِ لِلْمُبْتَدَا
كَقَوْلِنَا زَيْدٌ عَـظِيْمُ الشَّــانِ $ وَقَـوْ لِنَــا الزَّيْدَانِ قَائِمَانِ
وَمِــثْلُهُ الـزَّيْدُوْنَ قَــائِمُوْنَ $ وَمـِنْــهُ اَيــْضًا قَـائِمٌ اَخُوْنَا
Khobar adalah Isim yang dibaca rofa’ yang disandarkan pada mubtada’ dan harus cocok pada mubtada’ dalam mufrod ,tasniyah,jama’,mudzakar dan mu’anatsnya
seperti , زَيْدٌ عَظِيْمُ الشَّانِ زَيْدَانِ قَائِمَانِ , زَيْدُوْنَ قَائِمُوْنَ dan قَائِمٌ اَخُوْنَا
76. Mubtada’ itu ada 2 yaitu mubtada’ isim dhohir dan mubtada’ isim dlomir
Sebagaimana syahidnya :
وَالْمُبْتَدَا اسْمٌ ظَاهِرٌ كَمَا مَضَى 125 اَوْ مُضـْـــمَرٌ كَأَنْتَ اَهْلٌ لِلْقَضَا
77. Mubtada’ itu ada 2 yaitu :
1 ) mubtada’ isim dhohir ,keterangannya sudah lewat
2 ) mubtada’ isim dlomir seperti أَنْتَ اَهْلٌ لِلْقَضَا
78. Mubtada’ itu tidak boleh dari dlomir muttashil
Sebagaimana syahidnya :
وَلاَيَجُوْزُ اْلاِبْتِدَا بِمَــا اتَّصَلْ $ مِنَ الضَّمِيْرِ بَلْ بِكُلِّ مَا اْنفَصَلْ
أَناَ وَنَـحـْنُ أَنتَ أَنتِ أَنتُــمَا $ أَنْتُنَّ اَ نْتُمْ وَهْوَ وَهْيَ هُمْ هُمَا
وَهُنَّ اَيْضًا فَالْجَمِيْعُ اثْنَا عَشَرْ $ وَقَدْ مَضَى مِنْهَا مِثَالٌ مُـعْتَبَرْ
Dan tidak boleh mubtada’ dari dlomir muttashil akan tetapi boleh dari dlomir munfashil yang jumlahnya ada 12 yaitu :
هما , هم , هى , هو , انتم , انتن, انتما , انت , انت , نحن , انا dan هن
Adapun contohnya kita ketahui diatas tersebut
79. Khobar itu adakalanya mufrod dan ghoiru mufrod
Sebagaimana syahidnya :
وَمُفْرَدًا وَغَـــيْرَهُ يَـأْتِى اْلخــَبَرْ $ فَاْلاَوَّلُ اللَّفْظُ الَّذِى فِى النَّظْمِ مَرّْ
Khobar itu ada 2 macam yaitu : 1 ) Khobar mufrod 2 ) Khobar ghoiru mufrod ,adapun khobar mufrod itu sudah diterangkan dalam nadlom yang sudah lewat
80. Khobar yang tidak berupa jumlah atau sibhul jumlah disebut khobar mufrod
81. Khobar ghoiru mufrod itu ada 4 yaitu dhorof,jer majrur, Jumlah ismiyah dan Jumlah fi’liyah
Sebagaimana syahidnya :
وَغَيْرُهُ فِى اَرْبَعٍ مَحْصُوْرُ 130 لاَغَيْرُ وَهْىَ الظَّرْفُ وَاْلمَجْرُوْرُ
وَفَاعِلٌ مَعْ فِعْلِهِ الَّذِى صَدَرْ $ وَالْمُبْتَدَامَعْ مَالَهُ مِنَ الْخَبَرْ
كَأَ نْتَ عِنْدِى وَاْلفَتَى بِدَارِى $ وَابْنِى قَرَا وَذَا أَبُوْهُ قَارِى
Khobar ghoiru mufrod itu ada 4 macam yaitu :
1 ) Dhorof seperti اَنْتَ عِنْدِى 2 ) Jer majrur seperti اْلفَتَى فِى الدَّارِ
3)Jumlah ismiyah seperti ذَا اَبُوْهُ قَارِئٌ 4) Jumlah fi’liyah seperti اِبْنِى قَرَأَ
82. كان dan saudaranya beramal merofa’kan mubtada’ sebagai isimnya dan menashobkan khobar sebagai khobarnya
Sebagaimana syahidnya :
اِرْفَعْ بِكَانَ اْلمُبْتَدَا اسْمًا وَاْلخَبَرْ $ بِهَا انْصِبَنْ كَكَانَ زَيْدٌ ذَا بَصَرْ
كان itu beramal merofa’kan mubtada’ sebagai isimnya dan menashobkan khobar sebagai khobarnya seperti كَانَ زَيْدٌ ذَا بَصَرٍ
83. Saudaranya Kaana yang beramal dengan syarat didahului nafi atau syibh nafi ada 4 yaitu زَالَ ¸اِنْفَكَّ ¸فَتِئَ dan بَرِحَ
Sebagaimana syahidnya :
كَذَاكَ اَضْحَى ظَلَّ بَاتَ أَمْسَى $ وَهَكَذَا أَصْبَحَ صَارَ لَيْسَا
فَتِئَ وَانْفَكَّ وَزَالَ مَــعْ بَـرِحْ 135 أَرْبَعُهَا مِنْ بَعْدِ نَفْيٍ تَتَّضِحْ
Begitu juga lafadh بَاتَ , ظَلَّ , أَضْحَى ,اَمْسَى , لَيْسَ , صَارَ , أَصْبَحَ
زَالَ ¸اِنْفَكَّ ¸فَتِئَ dan بَرِحَ , sedangkan زَالَ ¸اِنْفَكَّ ¸فَتِئَ dan بَرِحَ itu bisa beramal sebagaimana amalnya كَانَ dengan syarat harus didahului oleh nafi atau syibih nafi ( nahi dan do’a )
84. Infaka itu beramal seperti Kaana dengan syarat berada setelah nafi atau syibih nafi
Sebagaimana syahidnya :
كَذَاكَ اَضْحَى ظَلَّ بَاتَ أَمْسَى $ وَهَكَذَا أَصْبَحَ صَارَ لَيْسَا
فَتِئَ وَانْفَكَّ وَزَالَ مَــعْ بَـرِحْ 135 أَرْبَعُهَا مِنْ بَعْدِ نَفْيٍ تَتَّضِحْ
Begitu juga lafadh بَاتَ , ظَلَّ , أَضْحَى ,اَمْسَى , لَيْسَ , صَارَ , أَصْبَحَ
زَالَ ¸اِنْفَكَّ ¸فَتِئَ dan بَرِحَ itu bisa beramal sebagaimana amalnya كَانَ dengan syarat harus didahului oleh nafi atau syibih nafi ( nahi dan do’a )
85. Sedangkan Daama beramal seperti Kaana beramal seperti Kaana dengan syarat berada setelah Maa Mashdariyah Dhorfiyah
Sebagaimana syahidnya :
كَذَاكَ دَامَ بَــعْدَ مَا الظَّرْفِـيَّةْ $ وَهْىَ التَّىِ تَكُوْنُ مَصْدَرِيَّةْ
Demikian juga دَامَ itu bisa beramal sebagaimana amalnya كَانَ dengan syarat harus didahului مَا masdariyah dhorfiyah
86. Semua lafadh yang ditashrif dari كَانَ dan saudaranya bisa beramal sebagaimana madlinya seperti halnya atau lainnya
Sebagaimana syahidnya :
وَكُلُّ ماَصَرَّفْتَهُ مِمَّا سَبَــقْ $ مِنْ مَصْدَرٍ وَغَيْرِهِ بِهِ اْلتَحَقْ
كَكُنْ صَدِيْقًالاَ تَكُنْ مُجَـافِيَا $ وَانْظُرْلِكَوْنِىْ مُصْبِحًامُوَافِيَا
Semua lafadh yang ditashrif dari كَانَ dan saudaranya bisa beramal sebagaimana madlinya seperti halnya masdar atau lainnya
Seperti كُنْ صَدِيْقًا , لاَ تَكُنْ مُجَـافِياً ,اُنْظُرْلِكَوْنِىْ مُصْبِحًا
87. اِنَّ dan saudaranya itu bisa beramal menashobkan mubtada’ menjadi isimnya dan merofa’kan khobar menjadi khobarnya
Sebagaimana syahidnya :
تَنْصِبُ اِنَّ اْلمُبْتَدَااسْمًا وَاْلخَبَرْ $ تَرْفَعُهُ كَإِنَّ زَيْدًا ذُوْ نَظَرْ
اِنَّ dan saudaranya itu bisa beramal menashobkan mubtada’ menjadi isimnya dan merofa’kan khobar menjadi khobarnya seperti اِنَّ زَيْدًا ذُوْ نَظَرٍ
88. Saudaranya Inna adalah لَيْتَ , أَنَّ , لَعَلَّ , لَكِنَّ ,كَأَنَّ
Sebagaimana syahidnya :
وَمِثْلُ إِنَّ أَنَّ لَيْتَ فِى اْلعَمَلْ 140 وَهَكَذَا كَأَنَّ لَكِنَّ لَعَلْ
Adapun saudaranya ِانَّ adalah لَيْتَ , أَنَّ , لَعَلَّ , لَكِنَّ ,كَأَنَّ
89. Jika ِانَّ adalah أَنَّ itu mempunyai faidah taukid maka لَيْتَ mempunyai faidah tamanni ) ( تمنّى
Sebagaimana syahidnya :
وَاَكَّدُوْا اْلمَعـْنـَى بِـاِنَّ اَنَّا $ وَلَيْتَ مِنْ اَلْـفَـاظِ مَـنْ تَــمَنــَّى
كَأَنَّ لِلتَّسْبِيْحِ فِى اْلمُحَاكِى $ وَاسْتَعْمَلُوْا لَكِنَّ فِى اسْتِدْرَاكِ
وَلِتَّرَجِّ وَتَّـوَقُّـعٍ لَعَلْ $ كَقَوْلِهِمْ لَعَلَّ مَـحْبـُوْبىِ وَصَــلْ
ِانَّ adalah أَنَّ itu mempunyai faidah taukid, لَيْتَ mempunyai faidah tamanni ) ( تمنّى,
كَأَنَّ mempunyai faidah tasybih ) ( تشبية,sedangkan لَكِنّ mempunyai faidah istidrok ) ( استدراك,
لَعَلَّ mempunyai faidah tarojji ) ( ترجّى dan tawaqu’ ) ( توقع seperti لَعَلَّ مَـحْبــُوْبىِ وَصَــلَ
90. كَأَنَّ mempunyai faidah tasybih ) ( تشبية
Sebagaimana syahidnya :
وَاَكَّدُوْا اْلمَعـْنـَى بِـاِنَّ اَنَّا $ وَلَيْتَ مِنْ اَلْـفَـاظِ مَـنْ تَــمَنــَّى
كَأَنَّ لِلتَّسْبِيْحِ فِى اْلمُحَاكِى $ وَاسْتَعْمَلُوْا لَكِنَّ فِى اسْتِدْرَاكِ
وَلِتَّرَجِّ وَتَّـوَقُّـعٍ لَعَلْ $ كَقَوْلِهِمْ لَعَلَّ مَـحْبـُوْبىِ وَصَــلْ
ِانَّ adalah أَنَّ itu mempunyai faidah taukid, لَيْتَ mempunyai faidah tamanni ) ( تمنّى,
كَأَنَّ mempunyai faidah tasybih ) ( تشبية,sedangkan لَكِنّ mempunyai faidah istidrok ) ( استدراك,
لَعَلَّ mempunyai faidah tarojji ) ( ترجّى dan tawaqu’ ) ( توقع seperti لَعَلَّ مَـحْبــُوْبىِ وَصَــلَ
91. Dhonna dan saudara-saudaranya itu beramal menashobkan mubtada’ dan khobar menjadi maf’ul keduanya
Sebagaimana syahidnya :
اِنْصِبْ بِظَنَّ اْلمُبْتَدَا مَعَ الْخَبَرْ $ وَكُلِّ فِعْلٍ بَعْدَهَاعَلَى اْلأَثَرْ
Dhonna dan saudara-saudaranya itu beramal menashobkan mubtada’ dan khobar menjadi maf’ul keduanya
92. Saudara-saudaranya Dhonna adalah, خَالَ , زَعَمَ , حَسِبَ اِتَّخَذَ , جَعَلَ , عَلِمَ , وَجَدَ , رَأَى
Sebagaimana syahidnya :
كَـخِلْتُهُ حَسِبْتُهُ زَعَـمْتُـهُ 145 رَاَيْتُهُ وَجَدْتُــهُ عَلِمْتُــهُ
جَعَلْتُهُ اتَّـخَذْتُهُ فِى كُلِّ مَا $ مِنْ هَذِهِ صَرَّفْتَهُ فَلْيُعْـلَمَـا
كَقَوْلِهِمْ ظَنَنْتُ زَيْدًا مُنْجِدًا $ وَاجْعَلْ لَنَا هَذَا اْلمَكَانَ مَسْجِدًا
Adapun saudara-saudaranya dhonna adalah, خَالَ , زَعَمَ , حَسِبَ , رَأَى
, اِتَّخَذَ , جَعَلَ , عَلِمَ , وَجَدَbegitu juga lafadh yang ditashrif dari dhonna dan saudara-saudaranya itu bisa beramal seperti madlinya
Seperti وَاجْعَلْ لَنَا هَذَا اْلمَكَانَ مَسْجِدًا, ظَنَنْتُ زَيْدًا مُنْجِـدًا
93. Na’at yang merofa’kan dlomir mustatir yang kembali pada man’utnya disebut na’at hakiki
Sebagaimana syahidnya :
النَّـعْتُ اِمَّا رَافِعٌ لِـمُضْمَرِ $ يَعـُوْدُ لِلْمَنْعُـوْتِ اَوْ لِمُظْـهــَرِ
Na’at itu ada 2 yaitu :
1 ) Na’at haqiqi adalah na’at yang merofa’kan dlomir mustatir
yang kembali pada ma’utnya seperti جَاءَ زَيْدٌ اْلعَالِمُ
2 ) Na’at sababi adalah na’at yang merofa’kan isim dhohir yang
mengandung dlomir yang kembali pada man’utnya ( merofa’kan dlomir
barij ) seperti جَاءَ زَيْدٌ اْلمُجْتَهِدُ اَبُوْهُ
94. Na’at yang merofa’kan isim dhohir yang mengandung dlomir yang kembali pada man’utnya disebut na’at sababi
Sebagaimana syahidnya :
النَّـعْتُ اِمَّا رَافِعٌ لِـمُضْمَرِ $ يَعـُوْدُ لِلْمَنْعُـوْتِ اَوْ لِمُظْـهــَرِ
Na’at itu ada 2 yaitu :
1 ) Na’at haqiqi adalah na’at yang merofa’kan dlomir mustatir
yang kembali pada ma’utnya seperti جَاءَ زَيْدٌ اْلعَالِمُ
2 ) Na’at sababi adalah na’at yang merofa’kan isim dhohir
yang mengandung dlomir yang kembali pada man’utnya
( merofa’kan dlomir barij ) seperti جَاءَ زَيْدٌ اْلمُجْتَهِدُ اَبُوْهُ
95. Na’at hakiki mencocoki man’utnya dalam 4 hal dari 10 perkara
Sebagaimana syahidnya :
فَــأَوَّلُ اْلقِـسْمَيْنِ مِنْـهُ أَتْبِـعِ $ مَـنْعُوْتَهُ مِنْ عَـــشْرَةٍ لِأَرْبَعِ
فِى وَاحِـدٍ مِنْ أَوْجُهِ اْلاِعْرَابِ 150 مِنْ رَفْعٍ أَوْ خَفْضٍ اَوِ اْنتِصَــابِ
كَـذَا مِنَ اْلاِفْرَادِ وَالتّـــذْكِيْرِ $ وَالضِّدِّ وَالتَّعْرِيْفِ وَالتَّنْكِيْرِ
كَقَوْلِنَا جَاءَ اْلغُـلاَمُ اْلفَاضِـلُ $ وَجَاءَ مَعْــهُ نِسْــوَةٌ حَــوَامِلُ
Adapun na’at haqiqi itu harus ikut ( mencocoki ) man’utnya dalam 4
hal dari 10 perkara yaitu dalam segi :
1 ) I’rob ( rofa’,nashob dan jer )
2 ) Ifrod ( mufrod,tasniyah dan jama’ )
3 ) Tadzkir ( mudzakar dan mu’anats )
4 ) Ta’rif ( ma’rifat dan nakiroh )
seperti جَاءَ اْلغُلاَمُ اَلْفَاضِلُ dan جَاءَ مَعْهُ نِسْوَةٌ حَوَامِلُ
96. Na’at sababi itu harus selalu mufrod meskipun man’utnya tasniyah atau
Jamak
Sebagaimana syahidnya :
وَثَانِـىَ الْقِـسْمَيْنِ مِنْـهُ أَ فْرِدِ $ وَاِنْ جَرَى اْلمَنْعُوْتُ غَيْرَ مُفْرَدِ
Na’at sababi itu harus mufrod meskipun man’utnya tidak mufrod seperti جَاءَ الزَيْدَانِ اْلعَالِمُ اَبُوْهُمَا
97. I’robnya na’at sababi itu harus selalu mencocoki pada man’utnya
98. Na’at sababi itu harus mencocoki isim dhohir yang dirofa’kan dalam segi mu’anats dan mudzakar
Sebagaimana syahidnya :
وَاجْعَلْهُ فِى التَّأْنِيْثِ وَالتَّذْكِيْرِ $ مُطَابِــقًا لِلْمُظْـهَـرِ الْمَذْكُوْرِ
مِثَـالُــهُ قَـــدْ جَــــاءَ حُرَّتَانِ 155 مُنْطَلِــقٌ زَوْجَاهُمَا اْلعَـبْدَانِ
وَمِـثْـلُـهُ اَتىَ غُلاَمٌ سَـائِـلـَةْ $ زَوْجَـتُهُ عَنْ دَيْنِهَا الْمُحْتَاجِ لَهْ
Na’at sababi itu harus cocok pada isim dhohir yang dirofa’kannya dalam segi mudzakar dan mu’anatsnya
Seperti , قَـدْ جَـاءَ حُرَّتَانِ مُنْطَلِــقٌ زَوْجَاهُمَا اْلعَـبْدَانِ
اَتىَ غُلاَمٌ سَائِـلـَةٌ زَوْجَـتُهُ عَنْ دَيْنِهَا الْمُحْتَاجِ لَهُ
99. I’robnya ma’thuf itu harus mengikuti pada ma’thuf alaih
Sebagaimana syahidnya :
وَاَتْبَعُوْا اْلمَعْطُوْفَ بِاْلمَعْطُوْفِ $ عَـلَيْهِ فِى اِعْرَابِهِ الْمَعْرُوْفِ
وَتَسْتَوِى اْلاَسْمَاءُ وَاْلاَفْعَالُ فِى $ اِتْبَاعِ كُلٍّ مِثْلَـهُ اِنْ يُعْطَفِ
Ma’thuf itu harus mengikuti pada ma’thuf alaih dalam segi i’robnya saja ( rofa’,nashob,jer dan jazm )
Sama halnya berupa isim atau fi’il
100.Antara ma’thuf dan ma’thuf alaih itu harus sama-sama isim dan fi’il
Sebagaimana syahidnya :
وَاَتْبَعُوْا اْلمَعْطُوْفَ بِاْلمَعْطُوْفِ $ عَـلَيْهِ فِى اِعْرَابِهِ الْمَعْرُوْفِ
وَتَسْتَوِى اْلاَسْمَاءُ وَاْلاَفْعَالُ فِى $ اِتْبَاعِ كُلٍّ مِثْلَـهُ اِنْ يُعْطَفِ
Ma’thuf itu harus mengikuti pada ma’thuf alaih dalam segi i’robnya saja ( rofa’,nashob,jer dan jazm )
Sama halnya berupa isim atau fi’il
101.Huruf athof itu ada 10 yaitu , أم , او , فاء , واو ثم , لكن , حتى , بل , لا
dan اما
Sebagaimana syahidnya :
بِاْلـوَاوِ وَ اْلفَـا اَوْ وَاَمْ وَثُــمَّ $ حَتَّـى وَ بَلْ وَلاَ وَلَكـِنْ اِمَّا
كَجَـاءَ زَيْدٌ ثُمَّ عَــمْرٌو اَكْرِمِ 160 زَيْدًا وَعَمْرًا بِاللِّقَا وَاْلمَطْعَمِ
وَفِئَــةٌ لـَمْ يَأْكُلـُوْا أَوْ يَحْضُرُوْ $ حَتَّى يَفُوْتَ أَوْيَزُوْلَ اْلمُنْكَرُ
Huruf athof itu ada 10 yaitu : , أم , او , فاء , واو ثم , لكن , حتى , بل , لا
dan اما
Seperti جَاءَ زَيْدٌ ثُمَّ عَمْرٌو , اكرِمْ زَيْدًا وَعَمْرًا ,
حَتَّى يَفُوْتَ اَوْيَزُوْلَ اْلمُنْكَرُ وَفِئَـةٌ لـَمْ يَأْكُلـُوْا اَوْ يَحْضُرُوْا
102.Huruf athof yang berfaidah muthlaqul jam’i adalah wawu
103.Selain taukid lafdhi ada juga taukid maknawi
104.Taukid dengan cara mengulangi lafadhnya disebut taukid lafdhi
105.Taukid dengan menggunakan lafadh nafsun dan lainnya disebut taukid maknawi
106.Mu’akid itu mencocoki mu’akadnya dalam segi i’rob dan ma’rifatnya
Sebagaimana syahidnya :
وَجَـائِزٌ فِى اْلاِسْمِ اَنْ يُؤَكَّدَا $ فَيَتْبَـعُ اْلمُؤَكِّـدُ الْمُؤَكَّـدَا
فِى اَوْجُهِ اْلاِعْرَابِ وَالتَّعْرِيْفِ لاَ $ مُنَكَّـرٍ فَـعَنْ مُؤَكَّـدٍ خَلاَ
Kalimah isim itu boleh ditaukidi kemudian muakid ikut pada muakad dalam segi i’robnya ( rofa’,nashob dan jer ) dan ma’rifatnya tidak dalam nakirohnya sebab isim nakiroh tidak bisa ditaukidi
107.Lafadh-lafadh taukid yang masyhur itu ada 4 yaitu كُلٌّ عَيْنٌ , نَفْسٌ dan
اَجْمَع
Sebagaimana syahidnya :
وَلَفْظُهُ الْمَشْهُوْرُ فـِيْهِ اَرْبَعُ $ نَفْسٌ وَعَـيْنٌ ثُمَّ كُلٌّ اَجْــمَـعُ
Adapun lafadh yang masyhur untuk taukid maknawi itu ada 4 yaitu : كُلٌّ عَيْنٌ , نَفْسٌ dan اَجْمَعُ
108.Lafadh taukid اَكْتَعُ dan sejenisnya itu harus berada setelah lafadh اَجْمَعُ
Sebagaimana syahidnya :
وَغَــيْرُهَا تَـوَابــِعٌ لِأَجْـمــَعَ 165 مِـنْ أَكْتـَعٍ وَاَبْتـَعٍ وَاَبْـصَـعَ
كَجَاءَ زَيْدٌ نَفْسُهُ وَقُلْ اَرَى $ جَــيْشَ اْلأَمــِيْرِ كُـلَّهُ تَـأَخَّرَا
وَطُفْتُ حَوْلَ اْلقَوْمِ أَجْمَعِيْنَا $ مَـتْبـُوْعَـةً بِـنـَحْوِ أَكْتَعـِيْنَا
Akan tetapi selain lafadh 4 tersebut juga masih ada lafadh yang dilakukan untuk taukid maknawi tetapi harus berada setelah lafadh اَجْمَعُ yaitu اَكْتَعُ , اَبْتَعُ dan أَبْصَعُ
Seperti جَاءَ زَيْدٌ نَفْسُهُ , وَقُلْ اَرَى جَيْسَ اْلاَمِيْرِ كُلَّهُ تَأَخَّرَ ,
أَبْصَعِيْنَ / اَبْتَعِيْنَ /طُفْتُ حَوْلَ اْلقَوْمِ اَجمَعِيْنَ اَكْـتَعـِيْنَ
109. Seperti جَاءَ زَيْدٌ نَفْسُهُ adalah termasuk taukid maknawi
110.Seperti جَاءَ جَاءَ زَيْدٌ adalah termasuk taukid lafdhi
111.Mengulangi lafadh yang pertama dengan lafadh itu atau dengan lafadh
yang searti dengan lafadh itu disebut taukid lafdhi
Sebagaimana syahidnya :
وَاِنْ تـُؤَكِّـدْ كِلْمَةً اَعَـدْتَـهَا $ بِلَفْـظِهَا كَقَوْلِكَ انْتَـهَى انْتَهَى
Adapun taukid lafdhi ialah taukid yang mengulangi lafadh yang pertama dengan lafadh itu atau dengan lafadh yang searti dengan lafadh itu,baik berupa isim,fi’il,huruf atau jumlah seperti اِنْتَهَى انْتَهَى
112.Lafadh yang mengikuti lafadh sebelumnya dan yang dikenai hokum adalah lafadh yang kedua tanpa huruf athof disebut badal
Sebagaimana syahidnya :
اِذَااسْمٌ اَوْ فِعْلٌ لِمِثْلِهِ تَــلاَ $ وَاْلحُكْمُ لِلثَّانِى وَعَنْ عَطْفٍ خَلاَ
فَاجْعَلْهُ فِى اِعْرَابِهِ كَاْلأَوَّلِ 170 مُـلَقّـِبًا لَهُ بِلَفْظِ اْلبَــدَلِ
Apabila ada isim atau fi’il ikut sesamanya dengan tanpa menggunakan lantaran huruf athof sedang yang dikenai ( diberi ) hukum adalah lafadh yang kedua
maka lafadh yang kedua harus ikut pada lafadh yang awal ( pertama ) dalam segi i’robnya,kemudian lafadh yang kedua dinamakan badal dan yang awal dinamakan mubdal minhu seperti قَامَ زَيْدٌ اَخُوْهُ
113.Badal itu mengikuti mubdal minhu dalam segi i’robnya
Sebagaimana syahidnya :
اِذَااسْمٌ اَوْ فِعْلٌ لِمِثْلِهِ تَــلاَ $ وَاْلحُكْمُ لِلثَّانِى وَعَنْ عَطْفٍ خَلاَ
فَاجْعَلْهُ فِى اِعْرَابِهِ كَاْلأَوَّلِ 170 مُـلَقّـِبًا لَهُ بِلَفْظِ اْلبَــدَلِ
Apabila ada isim atau fi’il ikut sesamanya dengan tanpa menggunakan lantaran huruf athof sedang yang dikenai ( diberi ) hukum adalah lafadh yang kedua maka lafadh yang kedua harus ikut pada lafadh yang awal ( pertama ) dalam segi i’robnya,kemudian lafadh yang kedua dinamakan badal dan yang awal dinamakan mubdal minhu seperti قَامَ زَيْدٌ اَخُوْهُ
114.Badal itu ada 5 yaitu
1 ) Badal kul min kul ( كل من كل ) seperti جَأَنِى زَيْدٌ اَخُوْكَ
2 ) Badal ba’dlu min kul ( بعض من كل ) seperti اَكَلَ زَيْدٌ رَغِيْفًا نِصْفَهُ
3 ) Badal isytimal ( اشتما ل ) seperti اِلَيَّ زَيْدٌ عِلْمُهُ الَّـذِى دَرَسَ وَقَدْ وَصَلَ
4 ) Badal gholat ( غلط ) seperti وَقَدْ رَكِبْتُ اْليَوْمَ بَكْرًا اْلفَرَشَ
5 ) Badal idlrob ( اضراب ) seperti وَقَدْ رَكِبْتُ اْليَوْمَ بَكْرًا اْلفَرَشَ
Sebagaimana syahidnya :
كُلٌّ وَبَعْضٌ وَاشْتِمَالٌ وَغَـلَـطْ $ كَذَاكَ اِضْرَابٌ فَبِاْلخَمْسِ انْضَبَطْ
كَجَاءَنِى زَيْدٌ اَخُوكَ وَاَكَلْ $ عِنْدِى رَغِيْفًا نِصْفَهُ وَقَدْ وَصَلْ
اِلَيَّ زَيْدٌ عِلْمُهُ الَّـذِى دَرَسْ $ وَقَدْ رَكِبْتُ اْليَوْمَ بَكْرَانِ اْلفَرَشْ
اِنْ قُلْتَ بَكْرًا دُوْنَ قَصْدٍ فَغَلَطْ $ اَوْ قُلْتَهُ قَصْدًا فَاِضْرَابٌ فَقَطْ
Badal itu ada 5 yaitu :
1 ) Badal kul min kul ( كل من كل ) seperti جَأَنِى زَيْدٌ اَخُوْكَ
2 ) Badal ba’dlu min kul ( بعض من كل ) seperti اَكَلَ زَيْدٌ رَغِيْفًا نِصْفَهُ
3 ) Badal isytimal ( اشتما ل ) seperti اِلَيَّ زَيْدٌ عِلْمُهُ الَّـذِى دَرَسَ وَقَدْ وَصَلَ
4 ) Badal gholat ( غلط ) seperti وَقَدْ رَكِبْتُ اْليَوْمَ بَكْرًا اْلفَرَشَ
5 ) Badal idlrob ( اضراب ) seperti وَقَدْ رَكِبْتُ اْليَوْمَ بَكْرًا اْلفَرَشَ
Contoh وَقَدْ رَكِبْتُ اْليَوْمَ بَكْرًا اْلفَرَشَ apabila mengucapkan بَكْرًا ( mubdal minhu ) tidak disengaja,maka dinamakan badal gholat ( غلط ) apabila mengucapkan بَكْرًا ( mubdal minhu ) disengaja,maka dinamakan badal idlrob ( اضراب )
115.Seperti يُدْخَلْ جِنَانًا لَمْ يَنَلْ فِيْهَا تَعَبَ مَنْ يُؤْمِنْ يُثَبْadalah contoh
Badal yang kejadian dari fi’il dan mubdal minhu dari fi’il
Sebagaimana syahidnya :
وَاْلفِعْلُ مِنْ فِعْلٍ كَمَنْ يُؤْمِنْ يُثَبْ 175 يُدْخَلْ جِنَانًا لَمْ يَنَلْ فِيْهَا تَعَبْ
Badal yang kejadian dari fi’il dan mubdal minhu dari fi’il seperti يُدْخَلْ جِنَانًا لَمْ يَنَلْ فِيْهَا تَعَبَ مَنْ يُؤْمِنْ يُثَبْ
116.Isim yang dibaca nashob yang terkena pekerjaan fail disebut maf’ul bih
Sebagaimana syahidnya :
وَكُـلُّهَا تَأْتِى عَلَى تَرْتِيْبِهِ $ اَوَّلُـهَا فِى الذِّكْرِ مَفْعُوْلٌ بِهِ
وَذَالِكَ اسْمٌ جَاءَ مَنْصُوْبًا وَقَعْ $ عَلَيْهِ فِعْلٌ كَاخْذَرُوْا اَهْلَ الطَّمَعِ
Adapun yang pertama adalah maf’ul bih ialah isim yang dibaca nashob yang dikenai ( kejatuhan ) pekerjaan fa’il Seperti اِخْذَرُوْا اَهْلَ الطَّمَعِ
117.Maf’ul itu adakalanya terdiri dari isim dhohir dan isim dlomir
Sebagaimana syahidnya :
فِى ظَاهِرٍ ومُضْمَرٍ قَدِ انْحَصَرْ $ وَقَدْ مَضَى التَّمْثِيْلُ لِلَّذِى ظَهَرْ
Maf’ul bih itu ada 2 yaitu :
1 ) Maf’ul bih isim dhohir ( yang sudah lewat dicontohkan diatas )
2 ) Maf’ul bih isim dlomir
118.Maf’ul bih isim dlomir itu adakalanya berupa dlomir muttashil dan dlomir munfashil
Sebagaimana syahidnya :
وَغَيْرُهُ قِسْمَانِ اَيْضًا مُتَّصِلْ 180 كَجَاءَنِى وَجَاءَنَا وَمُنْفَـصِلْ
مِثَـالُـهُ اِيَّايَ اَوْ اِيــَّانَا $ حُيِّيْتَ اَكْـرِمْ بِالَّذِى حَيـَّانَا
Maf’ul bih isim dlomir itu ada 2 yaitu :
1 ) Maf’ul bih isim dlomir muttashil
2 ) Maf’ul bih isim dlomir munfashil
Seperti اِيَّايَ اَوْ اِيــَّانَاحُيِّيْتَ اَكْــرِمْ بِالَّذِى حَيـَّـانَا
119.Maf’ul bih berupa dlomir muttashil dan dlomir munfashil itu berjumlah
12 macam
Sebagaimana syahidnya :
فَكُلُّ قِسْمٍ مِنْهُمَا قَدِ اْنحَـصَرْ $ مَا جَاءَ مِنْ اَنْوَاعِهِ فِى اثْنَى عَشَرْ
Dlomir muttashil dan dlomir munfashil dengan segala bentuknya ( muttakalim,mukhotob dan ghoib ) itu ada 12 macam
120.Isim yang berada pada urutan yang ketiga dalam tashrifan disebut masdar
Sebagaimana syahidnya :
وَاِنْ تُــرِدْ تَصْـرِيْفَ نَحْوِ قَامَا $ فَـقُلْ يَقُوْ مُ ثُمَّ قُلْ قِــــيَامًا
Apabila menghendaki mentashrif lafadh قَامَ dan sesamanya, maka ucapkanlah قِياَمًا – يَقُوْمُ kemudian yang ketiga disebut masdar
121.Yang menashobkan masdar adalah fi’ilnya yang disimpan dan ditarkibmenjadi maf’ul mutlaq
Sebagaimana syahidnya :
فَمـَا يَجِيْئُ ثَالِـثًا فَاْلمصْدَرُ 185 وَنَـصْــبُهُ بِـفِـعْلِهِ مُقَـــدَّرُ
Adapun yang menashobkan masdar adalah fi’ilnya yang disimpan dan ditarkib menjadi maf’ul mutlaq
122.Masdar yang mencocoki amilnya dalam segi lafadh dan maknanya disebut masdar lafdhi
Sebagaimana syahidnya :
فَاِنْ يُـوَافِــقْ فِعْلَهُ الَّذِى جَرَى $ فِى اللَّفْظِ وَاْلمَعْنَى فَلَفْظِيًّا يُرَى
Jika masdar atau maf’ul mutlaq itu mencocoki pada fi’ilnya yang menashobkan dalam lafadh dan maknanya ,maka dinamakan masdar lafdhi seperti ضَرَبْتُ ضَرْباً
123.Masdar yang mencocoki amilnya dalam segi maknanya saja disebut masdar maknawi
Sebagaimana syahidnya :
اَوْ وَافَقَ اْلمَعْنَى فَقَطْ فَقَدْ رُوِىْ $ بِغَـيْرِ لَفْظِ اْلفِعْـلِ فَهُوَ مَعْنَوِىْ
Dan jika masdar itu mencocoki pada fi’il yang menashobkan dalam maknanya saja,maka dinamakan masdar maknawi seperti قُمْتُ وُقُوْفًا
124. فَـقُمْ قِـيَامًا adalah contoh masdar lafdhi
Sebagaimana syahidnya :
فَـقُمْ قِـيَامًا مِنْ قُبَيْـلِ اْلاَوَّلِ $ وَقُمْ وُقُوْفًا مِنْ قُبَيْـلِ مَا يَـلـِى
Contohnya masdar lafdhi adalah قُمْ قِيَاماً ,sedangkan contohnya masdar maknawi adalah قُمْ وُقُوْفاً
125.قُمْ وُقُوْفاً adalah contoh masdar maknawi
Sebagaimana syahidnya :
فَـقُمْ قِـيَامًا مِنْ قُبَيْـلِ اْلاَوَّلِ $ وَقُمْ وُقُوْفًا مِنْ قُبَيْـلِ مَا يَـلـِى
Contohnya masdar lafdhi adalah قُمْ قِيَاماً ,sedangkan contohnya masdar maknawi adalah قُمْ وُقُوْفاً
126.Isim yang dibaca nashob yang menunjukkan arti zaman atau tempat dengan mengira-ngirakan maknanya fi disebut dhorof
Sebagaimana syahidnya :
هُوَ اسْمُ وَقْتٍ اَوْمَكَانِ نِ انْتَصَبْ $كُلٌّ عَلَى تَقْدِيْرِ فِى عِنْدَ اْلعَرَبْ
Dhorof adalah isim yang dibaca nashob yang menunjukkan arti zaman atau tempat dengan mengira-ngirakan maknanya فى
127.Dhorof makan disyaratkan harus mubham
Sebagaimana syahidnya :
اِذَا اَ تَى ظَرْفُ اْلمَكَانِ مُبْهَمًا 190 وَمُطْـلَـقًا فِى غَيْرِهِ فَلْيُعْـلَمَا
Syaratnya dhorof makan itu bisa dibaca nashob adalah harus menunjukkan arti mubham ( tidak jelas ) sedangkan dhorof zaman bisa dibaca nashob itu harus menunjukkan arti mutlak baik mubham atau mukhtash
128.Dhorof yang syaratnya secara mutlak baik mubham atau mukhtash adalah dhorof zaman
Sebagaimana syahidnya :
اِذَا اَ تَى ظَرْفُ اْلمَكَانِ مُبْهَمًا 190 وَمُطْـلَـقًا فِى غَيْرِهِ فَلْيُعْـلَمَا
Syaratnya dhorof makan itu bisa dibaca nashob adalah harus menunjukkan arti mubham ( tidak jelas ) sedangkan dhorof zaman bisa dibaca nashob itu harus menunjukkan arti mutlak baik mubham atau mukhtash
129.Amil yang menashobkan dhorof ialah fi’il yang bersamaan dengan dhorof
Sebagaimana syahidnya :
وَالنَّصْبُ بِاْلفِعْلِ الَّذِى بِهِ جَرَى $ كَسِرْتُ مِيْلاً وَاعْتَكَفْتُ اَشْهُرًا
اَوْ لَيْلَةً اَوْ يَــوْ مًا اَوْ سِـنِيْنَا $ اَوْ مُدَّةً اَوْ جُـمْعَـةً اَوْ حِيْنًا
اَوْ قُمْ صَبَاحًا اَوْمسَاَءً اَوْ سَحَرْ $ اَوْ غُدْوَةً اَوْ بُكْرَةً اِلَى السَّفَرْ
اَوْ لَيْلَةَ اْلاِثْنَيْنِ اَوْ يَوْمَ اْلاَحَدْ $ اَوْ صُمْ غَدًا اَوْ سَرْمَدًا اَوِ اْلاَبَدْ
Amil yang menashobkan dhorof ialah fi’il yang bersamaan dengan dhorof contoh dhorof makan adalah سِرْتُ مِيْلاً sedangkan contoh dhorof zaman adalah اِعْتَكَفْتُ أَشْهُرًا
جُـمْعَـــةً اَوْ حِيْــنًا اَوْ لَيْلَةً اَوْ يَـــوْ مًا اَوْ سِــــنِيْنَ
اَوْ قُمْ صَبَاحًا اَوْمسَاَءً اَوْ سَحَراً اَوْ غُدْوَةً اَوْ بُكْرَةً اِلَى السَّفَرِ
اْلاِثْنَيْنِ اَوْ يَوْمَ اْلاَحَــــدِ اَوْ صُمْ غَدًا اَوْ سَرْمَدًا اَوِ اْلاَبَدِ اَوْ لَيْلَةَ
130.سِرْتُ مِيْلاً adalah contoh dhorof makan
Sebagaimana syahidnya :
وَالنَّصْبُ بِاْلفِعْلِ الَّذِى بِهِ جَرَى $ كَسِرْتُ مِيْلاً وَاعْتَكَفْتُ اَشْهُرًا
اَوْ لَيْلَةً اَوْ يَــوْ مًا اَوْ سِـنِيْنَا $ اَوْ مُدَّةً اَوْ جُـمْعَـةً اَوْ حِيْنًا
اَوْ قُمْ صَبَاحًا اَوْمسَاَءً اَوْ سَحَرْ $ اَوْ غُدْوَةً اَوْ بُكْرَةً اِلَى السَّفَرْ
اَوْ لَيْلَةَ اْلاِثْنَيْنِ اَوْ يَوْمَ اْلاَحَدْ $ اَوْ صُمْ غَدًا اَوْ سَرْمَدًا اَوِ اْلاَبَدْ
Amil yang menashobkan dhorof ialah fi’il yang bersamaan dengan dhorof contoh dhorof makan adalah سِرْتُ مِيْلاً sedangkan contoh dhorof zaman adalah اِعْتَكَفْتُ أَشْهُرًا
جُـمْعَـــةً اَوْ حِيْــنًا اَوْ لَيْلَةً اَوْ يَـــوْ مًا اَوْ سِــــنِيْنَ
اَوْ قُمْ صَبَاحًا اَوْمسَاَءً اَوْ سَحَراً اَوْ غُدْوَةً اَوْ بُكْرَةً اِلَى السَّفَرِ
اْلاِثْنَيْنِ اَوْ يَوْمَ اْلاَحَــــدِ اَوْ صُمْ غَدًا اَوْ سَرْمَدًا اَوِ اْلاَبَدِ اَوْ لَيْلَةَ
131.اِعْتَكَفْتُ أَشْهُرًا adalah contoh dhorof zaman
Sebagaimana syahidnya :
وَالنَّصْبُ بِاْلفِعْلِ الَّذِى بِهِ جَرَى $ كَسِرْتُ مِيْلاً وَاعْتَكَفْتُ اَشْهُرًا
اَوْ لَيْلَةً اَوْ يَــوْ مًا اَوْ سِـنِيْنَا $ اَوْ مُدَّةً اَوْ جُـمْعَـةً اَوْ حِيْنًا
اَوْ قُمْ صَبَاحًا اَوْمسَاَءً اَوْ سَحَرْ $ اَوْ غُدْوَةً اَوْ بُكْرَةً اِلَى السَّفَرْ
اَوْ لَيْلَةَ اْلاِثْنَيْنِ اَوْ يَوْمَ اْلاَحَدْ $ اَوْ صُمْ غَدًا اَوْ سَرْمَدًا اَوِ اْلاَبَدْ
Amil yang menashobkan dhorof ialah fi’il yang bersamaan dengan dhorof contoh dhorof makan adalah سِرْتُ مِيْلاً sedangkan contoh dhorof zaman adalah اِعْتَكَفْتُ أَشْهُرًا
جُـمْعَـــةً اَوْ حِيْــنًا اَوْ لَيْلَةً اَوْ يَـــوْ مًا اَوْ سِــــنِيْنَ
اَوْ قُمْ صَبَاحًا اَوْمسَاَءً اَوْ سَحَراً اَوْ غُدْوَةً اَوْ بُكْرَةً اِلَى السَّفَرِ
اْلاِثْنَيْنِ اَوْ يَوْمَ اْلاَحَــــدِ اَوْ صُمْ غَدًا اَوْ سَرْمَدًا اَوِ اْلاَبَدِ اَوْ لَيْلَةَ
132.Isim yang menunjukkan arti tempat yang dibaca nashob dengan mengira-ngirakan maknanya fi disebut dhorof makan
Sebagaimana syahidnya :
وَاسْمُ اْلمَكَانِ نَحْوُ سِرْ اَمَامَهْ 195 اَوْ خَلْفَهُ وَرَا ءَهُ قُـدَّامَهْ
يَمِيْنَهُ شِمَـالَهُ تِـلْـقَاءَهُ $ اَوْ فَـوْقَهُ اَوْ تَحــْتَهُ اِزَاءَهُ
اَوْ مَــعْهُ اَوْحِذَاءَهُ اَوْ عِنْدَهُ $ اَوْ دُوْنَهُ اَوْ قَبْـلَهُ اَوْ بَعْـدَهُ
Dhorof makan adalah isim yang menunjukkan arti tempat yang dibaca nashob dengan mengira-ngirakan maknanya فى ,adapun contohnya dhorof makan ialah اَوْ خَلْـفَهُ وَرَا ءَهُ قُدَّامَهُ سِرْ اَمَامَهُ
يَمِيْنَهُ شِمَـالَهُ تِـلْـقَاءَهُ اَوْ فَـوْقَهُ اَوْ تَحـْتَهُ اِزَاءَهُ
اَوْ دُوْنَهُ اَوْ قَبْـــلَهُ اَوْ بَعْـدَهُ اَوْ مَعَهُ اَوْحِذَاءَهُ اَوْ عِنْدَهُ
133.Dan termasuk yang bisa di baca nashob menjadi dhorof makan ialah isim makan yang ditashrif dari fi’ilnya baik mubham atau mukhtash dengan syarat yang menashobkan adalah fi’ilnya sendiri
Sebagaimana syahidnya :
هُـنَاكَ ثَمَّ فَـرْشَحًا بَرِيْدًا $ وَهَاهُنَا قِفْ مَوْقِفًا سَـعِيْدًا
Dan termasuk yang bisa di baca nashob menjadi dhorof makan ialah isim makan yang ditashrif dari fi’ilnya baik mubham atau mukhtash dengan syarat yang menashobkan adalah fi’ilnya sendiri seperti قِفْ مَوْقِفًا سَـعِيْدًا adapun apabila amilnya tidak berupa fi’ilnya sendiri maka harus dijerkan dengan huruf فى seperti صَلَّيْتُ فِى الْمَسْجِدِ
134.Isim yang dibaca nashob yang menarangkan hal-hal yang masih samar dari keadaan shohibul hal disebut hal
Sebagaimana syahidnya :
اَلْحَالُ وَصْفٌ ذُوْ انْتِصَابٍ اَتِى $ مُفَسِّرًا لِـمُبْــهَمِ اْلـهَيْــئَاتِ
Hal adalah isim yang dibaca nashob yang menarangkan hal-hal yang masih samar dari keadaan shohibul hal
135.Hal itu harus terdiri dari isim nakiroh
Sebagaimana syahidnya :
وَاِنَّمَا يُؤْتَى بِـهِ مُنَكَّرًا 200 وَغَالِــبًا يُـــؤْتَى بِهِ مُـؤَخَّـرًا
كَـجَاءَ زَيْدٌ رَاكِبًا مَلْـفُـوْفًا $ وَقَدْ ضَرَبْتُ عَبْدَهُ مَكْـتُوْفًا
Hal itu harus berupa isim nakiroh dan biasanya hal itu berada pada akhir jumlah
Seperti جَاءَ زَيْدٌ رَاكِــبًا مَلْـفُـوْفًا , قَدْ ضَرَبْتُ عَبْدَهُ مَكْـتُوْفًا
136.Hal itu kebanyakan berada pada akhir jumlah
Sebagaimana syahidnya :
وَاِنَّمَا يُؤْتَى بِـهِ مُنَكَّرًا 200 وَغَالِــبًا يُـــؤْتَى بِهِ مُـؤَخَّـرًا
كَـجَاءَ زَيْدٌ رَاكِبًا مَلْـفُـوْفًا $ وَقَدْ ضَرَبْتُ عَبْدَهُ مَكْـتُوْفًا
Hal itu harus berupa isim nakiroh dan biasanya hal itu berada pada akhir jumlah
Seperti جَاءَ زَيْدٌ رَاكِــبًا مَلْـفُـوْفًا , قَدْ ضَرَبْتُ عَبْدَهُ مَكْـتُوْفًا
137.Hal kadang-kadang terdiri dari isim jamid yang dita’wil dengan isim musytaq
Sebagaimana syahidnya :
وَقَدْ يَجِيْئُ فِى اْلكَـلاَمِ اَوَّلاً $ وَقَـدْ يَجِيْئُ جَامِدًا مُؤَوَّ لاً
Kadang-kadang hal itu berada pada permulaan kalam seperti كَيْفَ جَاءَ زَيْدٌ dan kadang-kadang hal itu juga terdiri dari isim jamid yang dita’wil dengan isim musytaq
138.Shohibul hal itu harus berupa isim ma’rifat
Sebagaimana syahidnya :
وَصَاحِبُ اْلحَالِ الَّذِى تَقَرَّرَا $ مُعَــرَّفٌ وَقَدْ يَجِى مُنَكَّرَا
Shohibul hal itu harus berupa isim ma’rifat dan kadang-kadang berupa isim nakiroh
139.Tamyiz adalah isim yang dibaca nashob yang menerangkan nisbatnya jumlah atau dzatnya jenis yang masih samar
Sebagaimana syahidnya :
تَعْرِيْفُهُ اسْمٌ ذُوْ انْتِصَابٍ فَسَّرَ $ لِنِسْبَةٍ اَوْ ذَاتِ جِـنْسِ قُدِّرًا
Tamyiz adalah isim yang dibaca nashob yang menerangkan nisbatnya jumlah atau dzatnya jenis yang masih samar dan tamyiz itu ada 2 yaitu tamyiz nisbat dan tamyiz dzat
140.Tamyiz itu ada 2 yaitu tamyiz nisbat dan tamyiz dzat
Sebagaimana syahidnya :
تَعْرِيْفُهُ اسْمٌ ذُوْ انْتِصَابٍ فَسَّرَ $ لِنِسْبَةٍ اَوْ ذَاتِ جِـنْسِ قُدِّرًا
Tamyiz adalah isim yang dibaca nashob yang menerangkan nisbatnya jumlah atau dzatnya jenis yang masih samar dan tamyiz itu ada 2 yaitu tamyiz nisbat dan tamyiz dzat
141.اِنْصَبَّ زَيْدٌ عَرَقًا adalah contoh Tamyiz nisbat pindahan dari fa’il
Sebagaimana syahidnya :
كَا نْصَبَّ زَيْدٌ عَرَقًا وَقَدْ عَلاَ 205 قَدْرًا وَلَكِــنْ اَنْتَ اَعْلَى مَنْزِلاً
Tamyiz nisbat itu adakalanya pindahan dari fa’il seperti اِنْصَبَّ زَيْدٌ عَرَقًا ,adakalanya pindahan dari maf’ul seperti وَفَجَّرْنَا اْلاَرّضَ عُيُوْناً ,adakalanya pindahan dari mubtada’ seperti اَنْتَ اَعْلَى مَنْزِلاً
142.وَفَجَّرْنَا اْلاَرّضَ عُيُوْناً adalah contoh Tamyiz nisbat pindahan dari maf’ul
Sebagaimana syahidnya :
كَا نْصَبَّ زَيْدٌ عَرَقًا وَقَدْ عَلاَ 205 قَدْرًا وَلَكِــنْ اَنْتَ اَعْلَى مَنْزِلاً
Tamyiz nisbat itu adakalanya pindahan dari fa’il seperti اِنْصَبَّ زَيْدٌ عَرَقًا ,adakalanya pindahan dari maf’ul seperti وَفَجَّرْنَا اْلاَرّضَ عُيُوْناً ,adakalanya pindahan dari mubtada’ seperti اَنْتَ اَعْلَى مَنْزِلاً
143.اَنْتَ اَعْلَى مَنْزِلاً adalah contoh Tamyiz nisbat pindahan dari mubtada’ Sebagaimana syahidnya :
كَا نْصَبَّ زَيْدٌ عَرَقًا وَقَدْ عَلاَ 205 قَدْرًا وَلَكِــنْ اَنْتَ اَعْلَى مَنْزِلاً
Tamyiz nisbat itu adakalanya pindahan dari fa’il seperti اِنْصَبَّ زَيْدٌ عَرَقًا ,adakalanya pindahan dari maf’ul seperti وَفَجَّرْنَا اْلاَرّضَ عُيُوْناً ,adakalanya pindahan dari mubtada’ seperti اَنْتَ اَعْلَى مَنْزِلاً
144.اِشْتَرَيْتُ اَرْبَعًا نِعَاجًا adalah contoh Tamyiz dzat ialah tamyiz yang berada setelah ‘adad
Sebagaimana syahidnya :
وَكَاشْتَرَيْتُ اَرْ بَعًا نِعَـاجًا $ اَوِ اشْتَرَيْتُ اَلْفَ رِطْلٍ سَاجًا
اَوْ بِعْـتُـهُ مَكِـيْلَـةً اَرُزًّا $ اَوْ قَـدْ رُبـاَعٍ اَوْ ذِرَاعٍ خُـزًّا
Tamyiz dzat ialah tamyiz yang berada setelah ‘adad seperti اِشْتَرَيْتُ اَرْبَعًا نِعَاجًا ,atau berada setelah lafadh yang menunjukkan maqodir ( ukuran ) seperti اِشْتَرَيْتُ اَلْفَ رِطْلٍ سَاجًا
بِعْـــتُـــهُ مَكِـيْلَـةً اَرُزًّا , قَـدْ رُبــاَعٍ اَوْ ذِرَاعٍ خُـزًّا بِعْـتُـهُ
145.اِشْتَرَيْتُ اَلْفَ رِطْلٍ سَاجًا adalah contoh Tamyiz dzat yang menunjukkan maqodir ( ukuran )
Sebagaimana syahidnya :
وَكَاشْتَرَيْتُ اَرْ بَعًا نِعَـاجًا $ اَوِ اشْتَرَيْتُ اَلْفَ رِطْلٍ سَاجًا
اَوْ بِعْـتُـهُ مَكِـيْلَـةً اَرُزًّا $ اَوْ قَـدْ رُبـاَعٍ اَوْ ذِرَاعٍ خُـزًّا
Tamyiz dzat ialah tamyiz yang berada setelah ‘adad seperti اِشْتَرَيْتُ اَرْبَعًا نِعَاجًا ,atau berada setelah lafadh yang menunjukkan maqodir ( ukuran ) seperti اشْتَرَيْتُ اَلْفَ رِطْلٍ سَاجًا
بِعْـــتُـــهُ مَكِـيْلَـةً اَرُزًّا , قَـدْ رُبــاَعٍ اَوْ ذِرَاعٍ خُـزًّا بِعْـتُـهُ
146.Tamyiz itu harus berupa isim nakiroh
Sebagaimana syahidnya :
وَوَاجِبُ التَّمْيِيْزِ اَنْ يُنَكَّرًا $ وَاَنْ يَكُـوْنَ مُطْـلَقًا مُؤَخَّـرًا
Tamyiz itu harus berupa isim nakiroh dan harus diakhirkan dari amilnya secara mutlak ( jamid atau mutashorif )
147.Mengecualikan ( mengeluarkan ) kalimah dari hukumnya kalam sabiq dengan menggunakan adat ( alat ) istitsna’ disebut istisna’
Sebagaimana syahidnya :
اَخْرِجْ بِهِ مِنَ اْلكَلاَمِ مَا خَرَجْ $ مِنْ حُكْمِهِ وَكَانَ فِى اللَّفْظِ انْدَرَجْ
Istitsna’ adalah mengecualikan ( mengeluarkan ) kalimah dari hukumnya kalam sabiq dengan menggunakan adat ( alat ) istitsna’
148.Adawatul istitsna’ itu ada 8 yaitu سَوَا , سُوًى , سِوًى ,غَيْرُ , اِلاَّ , حَاشَا , عَدَا , خَلاَ
Sebagaimana syahidnya :
وَلَفْظُ اْلاِسْتِثْنَا الَّذِى لَهُ حَوَى 210 اِلاَّ وَغَـيْرُ وَسِــوًى سُوًى سَوَا
Adapun adawatul istitsna’ itu ada 8 yaitu سَوَا , سُوًى , سِوًى ,غَيْرُ , اِلاَّ , حَاشَا , عَدَا , خَلاَ
149.Mustatsna dengan اِلاَّ ( بِإِلاَّ ) berada pada kalam tam mujab maka mustatsna wajib dibaca nashob
Sebagaimana syahidnya :
خَلاَ عَدَا حَاشَا فَمَعْ اِلاَّ انْصِبِ $ مَا اَخْرَجَتْ مِنْ ذِى تَمَامِ مُوْجَبٍ
كَـقَـامَ كُلُّ اْلقَوْمِ اِلاَّ وَاحِدًا $ وَقَــدْ رَاَيْتُ اْلـقَـوْمَ اِلاَّ خَالِدًا
Apabila ada mustatsna dengan اِلاَّ ( بِإِلاَّ ) berada pada kalam tam mujab maka mustatsna wajib dibaca nashob baik muttashil atau munqoti’
Sepertiقَامَ الْقَوْمُ اِلاَّ وَاحِدًا , قَــدْ رَاَيْتُ اْلـقَـوْمَ اِلاَّ خَالِدًا ,قَامَ الْقَوْمُ اِلاَّ حِمَارًا
150.Mustatsna dengan اِلاَّ ( بِإِلاَّ ) berada pada kalam manfi tam maka boleh badal dari mustatsna minhu dan dijadikan nashob menjadi mustatsna
Sebagaimana syahidnya :
وَاِنْ يَكُنْ مِنْ ذِى تَمَامِ نِ انْتَفَى $ فَاَبْدِلَنْ وَالنَّصْبُ فِيْهِ ضُعِّفًا
Apabila ada mustatsna dengan اِلاَّ ( بِإِلاَّ ) berada pada kalam tam manfi maka boleh wajah 2 yaitu dijadikan badal dari mustatsna minhu dan dijadikan nashob menjadi mustatsna
151.Mustatsna dengan اِلاَّ ( بِإِلاَّ ) berada pada kalam manfi tam apabila istitsna’nya muttashil maka lebih baik dijadikan badal
Sebagaimana syahidnya :
هَذَا اِذَا اسْتَثْنَيْتَهُ مِنْ جِنْسِهِ $ وَمَا سِوَاهُ حُكْمُهُ بِعَكْسِهِ
Kemudian apabila istitsna’nya muttashil maka lebih baik dijadikan badal seperti لَنْ يَقُوْمَ اْلقَوْ مُ اِلاَّ جَـعْــفَـرُ
152.Mustatsna dengan اِلاَّ ( بِإِلاَّ ) berada pada kalam manfi tam apabila istitsna’nya munqoti’ maka lebih baik dibaca nashob menjadi istitsna’
Sebagaimana syahidnya :
كَلَنْ يَقُوْمَ اْلقَوْ مُ اِلاَّ جَـــعْــفَـرُ 215 وَالنَّصْبُ فِى اِلاَّ بَعِيْرًا اَكْثَرُ
Dan apabila istitsna’nya munqoti’ maka lebih baik dibaca nashob menjadi istitsna’ seperti اِلاَّ بَعِيْرًا مَا يَقُوْمَ اْلقَوْ مُ
153.Mustatsna dengan اِلاَّ ( بِإِلاَّ ) berada pada kalam manfi naqish maka اِلاَّ diilgho’kan dan mustatsna dibaca menurut kebutuhan amil sebelumnya
Sebagaimana syahidnya :
وَاِنْ يَكُـنْ مِنْ نَاقِــصٍ فَاِلاَّ $ قَدْ اُلْغِيَــتْ وَاْلعَامِلُ اسْتَقَلاَّ
كَلَمْ يَـقُمْ اِلاَّ اَبــُوكَ اَوَّ لاً $ وَلاَ اَرَى إِلاَّ اَخَاكَ مُـقْبِلاً
Dan apabila mustatsna dengan اِلاَّ ( بِإِلاَّ ) berada pada kalam manfi naqish maka اِلاَّ diilgho’kan ,lalu mustatsna dibaca menurut kebutuhan amil sebelumnya
Seperti لَمْ يَقُمْ اِلاَّ اَبُوْكَ اَوَّ لاً , لاَ اَرَى اَلاَّ اَخَـاكَ مُــــقْبِلاً
154.Apabila mustatsna dengan menggunakan adawatul istitsna 7 itu selain اِلاَّ (سَوَا , سُوًى , سِوًى ,غَيْرُ , حَاشَا , عَدَا , خَلاَ) maka harus dibaca jer
Sebagaimana syahidnya :
وَخَفْضُ مُسْتَثْنًى عَلَى اْلاِطْلاَقِ $ يَجُوْزُ بَعْدَ سَبْعَةِ اْلبَوَاقِى
Apabila mustatsna dengan menggunakan adawatul istitsna 7 itu selain اِلاَّ (سَوَا , سُوًى , سِوًى ,غَيْرُ , حَاشَا , عَدَا , خَلاَ) maka harus dibaca jer seperti قَامَ الْقَوْمُ غَيْرَ زَيْدٍ
155.Apabila mustatsna dengan menggunakan menggunakan حَاشَا , عَدَا , خَلاَ itu boleh dibaca nashob bila didahului مَا masdariyah
Sebagaimana syahidnya :
وَالنَّصْبُ اَيْضًا جَائِزٌ لِمَنْ يَشَا $ بِمَا خَلاَ وَمَا عَدَا وَمَا حَاشَا
Dan apabila menggunakan حَاشَا , عَدَا , خَلاَ itu boleh dibaca nashob bila didahului مَا masdariyah sepertiقَامَ الْقَوْمُ مَا خَلاَ زَيْدًا
156.Kalam yang menyebutkan mustasna minhu disebut kalam tam
157.Kalam yang tidak menyebutkan mustasna minhu disebut kalam naqish
158.Kalam yang didahului oleh nafi atau syibih nafi disebut kalam nafi
159.Kalam yang tidak didahului oleh nafi atau syibih nafi disebut kalam mujab
160.قَامَ الْقَوْمُ غَيْرَ زَيْدٍ lafadh غَيْرَ dibaca nashob
161.قَامَ الْقَوْمُ غَيْرَ زَيْدٍ lafadh زَيْدٍ dibaca jer
162.قَامَ غَيْرُ زَيْدٍ ماَ lafadh غَيْرُ dibaca rofa’
163.قَامَ الْقَوْمُ عَدَا زَيْدٍ lafadh زَيْدٍ boleh wajah 2 yaitu nashob dan jer
164.لاَ linafsil jinsi itu beramal sebagaimana amalnya اِنَّ dengan syarat isimnya harus berupa isim nakiroh dan tidak dipisah
Sebagaimana syahidnya :
وَحُكْمُ لاَ كَحُكْمِ إِنَّ فِى اْلعَمَلْ 220 فَانْصِبْ بِهَا مُنَكَّرًا بِهَا اتَّصَلْ
لاَ linafsil jinsi itu bisa beramal sebagaimana amalnya اِنَّ dengan syarat isimnya harus berupa isim nakiroh dan tidak dipisah seperti لاَرَجُلَ فِى الدَّارِ
165.Apabila isimnya لاَ berupa mudlof atau syibih mudlof maka harus dibaca nashob
Sebagaimana syahidnya :
مُضَافًا اَوْ مُشَابِهَ اْلمُضَافِ $ كَلاَ غُلاَمَ حَاضِـرٍ مُكَافٍى
Apabila isimnya لاَ berupa mudlof atau syibih mudlof maka harus dibaca nashob seperti لاَ غُلاَمَ حَاضِــرٍ مُكَافِى
166.Apabila لاَ itu diulang-ulang maka boleh wajah 2 yaitu beramal dan tidak beramal ( ilgho’ )
Sebagaimana syahidnya :
لَكِنْ إِذَا تَكَرَّرَتْ أَجْرَ يْتَـهَا $ كَذَاكَ فِى اْلاَعْمَالِ اَوْ اَلـْغَيْتَهَا
Akan tetapi bila لاَ itu diulang-ulang maka boleh wajah 2 yaitu beramal ( i’mal ) dan tidak beramal ( ilgho’ ) sepertiلاَغُلاَمَ اِمْرَأَةٍ لاَغُلاَمَ رَجُلٍ وَ
لاَغُلاَمُ اِمْرَأَةٍ لاَغُلاَمُ رَجُلٍ وَ
167. Apabila isimnya لاَ itu mufrod maka harus dinashobkan menurut alamat nashobnya
Sebagaimana syahidnya :
وَعِنْدَ اِفْرَادِ اسْمِهَا اْلزَمِ اْلبِنَا $ مُـرَكِّـبًا اَوْ رَفْـعَهُ مُنَـوَّ نًا
كَلاَ اَخٌ وَلاَ اَبٌ فَانْصِـبْ أَبَا $ اَيْضًا وَاِنْ تَرْفَعْ اَخًا لاَتَنْصِبَا
Apabila isimnya لاَ itu mufrod maka harus dinashobkan menurut alamat nashobnya ,tapi apabilaلاَ itu diulang-ulang maka boleh wajah 5 yaitu :
1 ) dimabnikan keduanya seperti لاَ اَخَ وَلاَ اَبَ
2 ) yang pertama dimabnikan dan yang kedua dibaca rofa’ seperti
لاَ اَخَ وَلاَ اَبُ
3 ) yang pertama dimabnikan dan yang kedua dibaca nashob seperti
لاَ اَخَ وَلاَ اَباً
4 ) dibaca rofa’ keduanya seperti لاَ اَخُ وَلاَ اَبُ
5 ) yang pertama dibaca rofa’ dan yang kedua dimabnikan seperti
لاَ اَخُ وَلاَ اَبَ
168.Apabilaلاَ itu mufrod dan diulang-ulang maka boleh wajah 5
Sebagaimana syahidnya :
وَعِنْدَ اِفْرَادِ اسْمِهَا اْلزَمِ اْلبِنَا $ مُـرَكِّـبًا اَوْ رَفْـعَهُ مُنَـوَّ نًا
كَلاَ اَخٌ وَلاَ اَبٌ فَانْصِـبْ أَبَا $ اَيْضًا وَاِنْ تَرْفَعْ اَخًا لاَتَنْصِبَا
Apabila isimnya لاَ itu mufrod maka harus dinashobkan menurut alamat nashobnya ,tapi apabilaلاَ itu diulang-ulang maka boleh wajah 5 yaitu :
1 ) dimabnikan keduanya seperti لاَ اَخَ وَلاَ اَبَ
2 ) yang pertama dimabnikan dan yang kedua dibaca rofa’ seperti
لاَ اَخَ وَلاَ اَبُ
3 ) yang pertama dimabnikan dan yang kedua dibaca nashob seperti
لاَ اَخَ وَلاَ اَباً
4 ) dibaca rofa’ keduanya seperti لاَ اَخُ وَلاَ اَبُ
5 ) yang pertama dibaca rofa’ dan yang kedua dimabnikan seperti
لاَ اَخُ وَلاَ اَبَ
169.Apabila isimnya لاَ itu ma’rifat atau dipisah maka harus dibaca rofa’ dan لاَ harus diulang-ulang ( mukarror )
Sebagaimana syahidnya :
وَحَيْثُ عَرَّفْتَ اسْمَهَا أَوْ فُصِّلاَ 225 فَارْفَعْ وَنَوِّنْ وَاْلتَزِمْ تَكْرَارَ لاَ
كَلاَ عَلِىٌّ حَاضِرٌ وَلاَ عُمَرْ $ وَلاَ لَنَـا عَبْدٌ وَلاَ مَا يُدَّخَرْ
Adapun isimnya لاَ berupa ma’rifat atau dipisah maka harus dibaca rofa’ dan لاَ harus diulang-ulang ( mukarror )
seperti لاَ عَلِىٌّ حَاضِرٌ وَلاَ عُمَرُ وَلاَ لَــنَـا عَبْدٌ وَلاَ مَــا يُدَّخَرُ
170.Munada itu ada 5
Sebagaimana syahidnya :
خَمْسٌ تُنَادَى وَهْىَ مُفْرَدٌ عَلَمْ $ وَمُفْـرَدٌ مُنَكَّـرٌ قَصْدًا يُؤَمْ
وَمُفْـرَ دٌ مُنَـكَّرٌ سِوَاهُ $ كَذَا اْلمُضَافُ وَالَّذِى ضَهَاهُ
Munada itu ada 5 yaitu :
1 ) Mufrod alam seperti يَا زَيْدُ
2 ) Nakiroh maqshudah seperti يَا رَجُلُ
3 ) Nakiroh ghoiru maqshudah seperti يَا رَجُلاً خُذْ بِيَدِيْ
4 ) Mudlof seperti يَا غُلاَمُ زَيْدٍ
5 ) Syibih mudlof seperti يَاطَالِعًا جَبَلاً
171.Munada mufrod alam dan munada nakiroh maqshudah itu harus mabni menurut alamat i’rob rofa’nya
Sebagaimana syahidnya :
فَـاْلاَوَّلاَنِ فِيْهِمَا اْلبِنَا لَـزِمْ $ عَلَى الَّذِى فِى رَفْعِ كُلٍّ قَدْ عُلِمْ
Munada mufrod alam dan munada nakiroh maqshudah itu harus mabni menurut alamat i’rob rofa’nya tapi mabni tersebut tanpa dengan tanwin
172.Adapun munada nakiroh ghoiru maqshudah ,mudlod dan syibih mudlof itu harus dibaca nashob
Sebagaimana syahidnya :
مِنْ غَيْرِ تَنـْوِيْنٍ عَلَى اْلاِطْـلاَقِ 230 وَالنَّصْبُ فِى الثَّلاَثَةِ اْلبَوَاقِى
كَيَا عَلِيُّ يَا غُلاَمِى بِى انْطَلِقْ $ يَا غَافِلاً عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِ اَفِقْ
يَا كَاشِفَ اْلبَلْوَى وَ يَا اَهْلَ الثَّنَا $ وَيـَا لَطِيْفًا بِاْلعِبَاِد اْلطُفْ بِنَا
Adapun munada nakiroh ghoiru maqshudah ,mudlod dan syibih mudlof itu harus dibaca nashob
Seperti يَا غُلاَمُ بِـى انْطَلِقْ , يَا عَلِيُّ , يَا غَافِلاً عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِ اُفِقْ ,
يَا كَاشِفَ اْلبَلْوَى ( mudlof ) , يَا لَطِيْفًا بِاْلعِبَادِ ( syibih mudlof )
173. Isim yang dibaca nashob yang menerangkan sebab terjadinya pekerjaan
disebut Maf’ul liajlih
Sebagaimana syahidnya :
وَاْلمَصْدَرَ انْصِبْ إِنْ أَتىَ بَيَانًا $ لِعِلَّةِ اْلفِعْلِ الَّذِى قَدْ كَانَا
Maf’ul liajlih adalah isim yang dibaca nashob yang menerangkan sebab terjadinya pekerjaan seperti قَامَ التَّلاَمِيّذُ اِكْرَامًا لِلْأُسْتَاذِ
174.Syaratnya maf’ul li ajlih ialah harus sama amilnya dalam waktu dan fa’ilnya ( yang mengerjakan )
Sebagaimana syahidnya :
وَشَرْطُهُ اتِّحَادُهُ مَعْ عَامِـلِهْ $ فِيْمَـا لَهُ مِنْ وَقْتِهِ وَفَاعِـلِهْ
كَـقُمْ لِزَ يْـدِنِ اتِّقَــاءَ شَرِّهِ 235 وَاقْصِدْ عَلِيًّا اِن بْتِغَـاءَ بِـرِّه ِ
Adapun syaratnya maf’ul li ajlih ialah harus sama amilnya dalam waktu dan fa’ilnya ( yang mengerjakan )
Seperti قُمْ لِزَ يْـــدِ اتِّقَــاءَ شَرِّهِ , ِاقْـصِدْ عَلِيًّا اِبْتِغَــاءَ بِـرِّهِ
175.Isim yang dibaca nashob yang berada setelah wawu ma’ah untuk menjelaskan sesuatu yang bersamaan dengan pekerjaannya fa’il disebut maf’ul ma’ah
Sebagaimana syahidnya :
تَعْرِيْفُهُ اسْمٌ بَعْدَ وَاوٍ فَسَّرَا $ مَنْ كَانَ مَعْهُ فِعْلُ غَيْرِهِ جَرَى
Maf’ul ma’ah adalah isim yang dibaca nashob yang berada setelah wawu ma’ah untuk menjelaskan sesuatu yang bersamaan dengan pekerjaannya fa’il
176.Yang menashobkan maf’ul ma’ah adalah fi’il atau syibih fi’il yang bersamanya
Sebagaimana syahidnya :
فَانْصِبْهُ بِاْلفِعْلِ الَّذِى بِهِ اصْطـَحَبْ $ اَوْشِبْهِ فِعْلٍ كَاسْتَوَى اْلمَا وَاْلخَشَبْ
وَكَاْلاَمِيْـرُ قَادِمٌ وَاْلعَسْكَرَا $ وَنَحْوُ سِرْتُ وَاْلاَمِيْرَ لِلْقُـرَى
Adapun yang menashobkan maf’ul ma’ah adalah fi’il atau syibih fi’il yang bersamanya seperti اِسْتَوَى اْلمَـاءُ وَاْلخَشَبَ
اَلْاَمِيْـــرُ قَادِمٌ وَاْلعَسْكَرَ , سِرْتُ وَاْلاَمِيْرَ لِلْقُـرَى
177.Amil yang mengejerkan isim itu ada 3 yaitu : 1) Huruf 2) Idlofah 3) Itba’
Sebagaimana syahidnya :
خَـافِضُـهَا ثَلاَثَةٌ اَ نـْوَاعُ $ اَلـْحَـرْفُ وَاْلمُضَافُ وَاْلاَتْبَاعُ
اَمَّا اْلحُرُوْفُ هَهُنَا فَمِنْ اِلَى 240 بَاءٌ وَكَافٌ فِى وَلاَمٌ عَنْ عَلَى
كَذَاكَ وَاوٌ بَا وَتَاءٌ فِى اْلحَلِفْ $ مُذْ مُنْذُ رُبَّ وَاوُ رُبَّ اْلمُنْحَذِفْ
كَسِرْتُ مِنْ مِصْرَ اِلَى اْلعِرَاقِ $ وَجِئْــتُ لِلْمَحْبُوْبِ بِاشْتِــيَاقِ
Amil yang mengejerkan isim itu ada 3 yaitu : 1) Huruf 2) Idlofah
3) Itba’
Huruf jer itu ada 15 yaitu : مِنْ , اِلَى , كَافْ , بَاءْ , عَنْ , لاَمْ , فِى , عَلَى,
تَاءٌ, بَاءٌ, وَاوٌ (untuk sumpah), رُبَّ , مُنْذُ , مُذْ dan وَاوُ رَبَّ ( yang dibuang )
Seperti سِرْتُ مِنْ مِصْرَ اِلَى اْلعِرَاقِ , جِئْــتُ لِلْمَحْبُوْبِ بِاشْتِــيَاقِ
178.Huruf jer itu ada 15 yaitu : مِنْ , اِلَى , كَافْ , بَاءْ , عَنْ , لاَمْ , فِى , عَلَى,
تَاءٌ, بَاءٌ, وَاوٌ (untuk sumpah), رُبَّ , مُنْذُ , مُذْ dan وَاوُ رَبَّ ( yang dibuang )
Sebagaimana syahidnya :
خَـافِضُـهَا ثَلاَثَةٌ اَ نـْوَاعُ $ اَلـْحَـرْفُ وَاْلمُضَافُ وَاْلاَتْبَاعُ
اَمَّا اْلحُرُوْفُ هَهُنَا فَمِنْ اِلَى 240 بَاءٌ وَكَافٌ فِى وَلاَمٌ عَنْ عَلَى
كَذَاكَ وَاوٌ بَا وَتَاءٌ فِى اْلحَلِفْ $ مُذْ مُنْذُ رُبَّ وَاوُ رُبَّ اْلمُنْحَذِفْ
كَسِرْتُ مِنْ مِصْرَ اِلَى اْلعِرَاقِ $ وَجِئْــتُ لِلْمَحْبُوْبِ بِاشْتِــيَاقِ
Amil yang mengejerkan isim itu ada 3 yaitu : 1) Huruf 2) Idlofah
3) Itba’
Huruf jer itu ada 15 yaitu : مِنْ , اِلَى , كَافْ , بَاءْ , عَنْ , لاَمْ , فِى , عَلَى,تَاءٌ, بَاءٌ, وَاوٌ (untuk sumpah), رُبَّ , مُنْذُ , مُذْ dan وَاوُ رَبَّ ( yang dibuang )
Seperti سِرْتُ مِنْ مِصْرَ اِلَى اْلعِرَاقِ , جِئْــتُ لِلْمَحْبُوْبِ بِاشْتِــيَاقِ
179.Tanwin atau nun yang terdapat dalam isim yang berada setelah alamat i’rob ketika dimudlofkan itu harus dibuang
Sebagaimana syahidnya :
مِنَ اْلمـُضَافِ اَسْقِطِ التَّنْوِيْنَ $ اَوْنُـوْنَـهُ كَأَهْلُكُـمْ اَهْلُوْنَا
Tanwin atau nun yang terdapat dalam isim yang berada setelah alamat i’rob ketika dimudlofkan itu harus dibuang seperti أَهْلُكُـمْ اَهْلُوْنَا,ثَوْبُ زَيْدٍ
180.Isim yang kedua ( mudlof ilaih ) itu harus dibaca jer
Sebagaimana syahidnya :
وَاخْفِضْ بِهِ اْلاِسْمَ الَّذِى لَهُ تَلاَ $ كَقَاتِـلاَ غُلاَمِ زَيْدٍ قُتِلاَ
Isim yang kedua ( mudlof ilaih ) itu harus dib
181.Mudlof ilaih itu dijerkan oleh mudlof
Sebagaimana syahidnya :
وَاخْفِضْ بِهِ اْلاِسْمَ الَّذِى لَهُ تَلاَ $ كَقَاتِـلاَ غُلاَمِ زَيْدٍ قُتِلاَ
Isim yang kedua ( mudlof ilaih ) itu harus dibaca jer yang dijerkan oleh mudlof seperti قَاتِلاَ غُلاَمِ زَيْدٍ قُتِلاَ
182.Tarkib idlofah itu ada yang menyimpan maknanya فِى , لاَمْatau مِنْ
Sebagaimana syahidnya :
وَهُوَ عَـلَى تَقْدِيْرِ فِى اَوْلاَمِ 245 اَوْمِنْ كَـمَكْرِ الَّليْلِ اَوْ غُلاَمِ
اَوْ عَبْدِ زَيْدٍ اَوْ اِنَا زُجَاجِ $ اَوْ ثَوْبِ خُزٍّ اَوْ كَبَابِ سَاجِ
Tarkib idlofah itu ada yang menyimpan maknanyaفِى , لاَمْatau مِنْ
seperti عَبْدُ زَيْدٍ , اِنَاء زُجَاجٍ , ثَوْبُ خُزٍّ dan بَابُ سَاجٍ
وَقَدْ مَضَتْ اَحْكَامُ كُلِّ التَّابِعِ $ مَبْسُوْطَةً فِى اْلاَرْبَعِ التَّوَابِعِ
Pembahasan tentang tawabi’ itu sudah lewat yaitu ada 4 macam: 1 ) Na’at 2 ) Athof 3 ) Taukid 4 ) Badal
فَيَا اِلَهِى اْلطُـفْ بِنَا فَنَتَّبِعْ $ سُبْلَ الرَّشَادِ وَاْلهُدَى فَنَرْتَفِعْ
وَفِى جُمَادَى سَادِسِ السَّبْعِيْنَا $ بَعْدَ انْتِـهَى تِسْعٍ مِنَ السِّنِيْن
قَدْ تَمَّ نَـظْمُ هَـذِهِ اْلـمُقَدِّمَةْ 250 فِى رُبْعِ اَلْفٍ كَافِيًا مَنْ اَحْكَمَهْ
نَظْمُ اْلفَقِيْرِ الشَّرَفِ اْلعِمْرِيْطِى $ ذِى اْلعَجْزِ وِالتَّقْصِيْرِ وَالتَّفْرِيْطِ
وَاْلـحَــمْدُ للهِ مَـدَى الـدَّوَامِ $ عَلَى جَزِيْلِ اْلفَضْلِ وَاْلاِنْـعَامِ
وَاَفْضَلُ الصَّـلاَةِ وَالتَّسْلِيْمِ $ عَلَى النَّبِيِّ اْلمُصْطَفَى اْلكَرِيْمِ
مُحَمَّدٍ وَصَحْـبِهِ وَاْلآلِ 254 اَهْلِ التُّقَى وَالْعِـلـْـمِ وَالْكَـمَالِ
Ya Alloh ! Ya Tuhan kami curahkanlah kasih sayangMu kepada kami , agar bisa mengikuti jalan kebenaran dan petunjukMu ,sehingga kami bisa menggapai derajat yang tinggi
Pada bulan Jumadil Akhiroh tahun 970 H.
Sungguh telah sempurna nadhom ini ,yang jumlah baitnya sebanyak seperempatnya 1000 tepatnya 254 bait,yang sudah dapat mencukupi bagi yang bersungguh-sungguh dalam mempelajarinya
Kitab risalah ini dinadhomkan oleh Syekh Syarofuddin Yahya Al Imrithi seorang hamba Alloh yang lemah dan lupa akan tugasnya
Segala puji bagi Alloh sepanjang masa,atas pemberian anugerah dan nikmat yang amat besar pada hambaNya
Semoga sholawat dan salam tercurahkan pada nabi Muhammad SAW,seorang nabi yang terpilih dan mulia
Dan semoga kepada keluarga dan sahabatnya yaitu orang-orang yang bertaqwa dan berilmu serta punya kesempurnaan dalam hukum pada semua bidang
والله اعلم بالصواب
الحمد لله رب العالمين
/
By M.Asyrofi Fadlly S.Pd.I
Langitan, 26 Jumadil Akhir 1436 H
16 April 2015 M
0 komentar :
Posting Komentar